BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Negeri
Palestina adalah tanah yang selalu menjadi perebutan bangsa-bangsa adidaya
bahkan sebelum kelahiran para Rasul. Wilayah ini dianggap sebagai tempat kelahiran
sebagian besar Nabi dan Rasul. Barangkali karena keistimewaan itulah, tanah
"yang diberkati" itu sering diperebutkan. Palestina sudah dihuni
manusia sejak zaman Batu klasik (500 ribu-14 ribu SM). Bahkan kala itu sudah
terbangun peradaban An-Nathufiyyah yang dinisbatkan kepada kawasan gua
An-Nathuf di utara Yerusalem, tempat tinggal mereka.
Konflik
berkepanjangan antara Palestina dan Israel merupakan salah satu sengketa yang cukup
panjang apabila kita menghitung waktu maupun upaya yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan sengketa ini, yang belakangan ini kembali memanas cukup menarik
perhatian kita. Hal ini jelas memicu kembali ketegangan tidak hanya di kalangan
negara-negara Timur.
Tengah
tetapi juga ikut menarik perhatian dari dunia. Dalam konflik antara Israel dan
Palestina telah beberapa kali dilakukan perjanjian untuk menyelesaikan
sengketa yang terjadi antara kedua pihak yang sama-sama menyatakan dirinya
sebagai negara merdeka dan berhak atas wilayah yang menjadi pokok sengketa
antara kedua pihak.
Meski
telah berkali-kali dilakukan upaya perdamaian sampai pada tingkat perjanjian
Internasional yang telah dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
sehingga menghasilkan pembagian wilayah untuk kedua masing-masing pihak yakni
Israel dan Palestina, tetapi pada kenyataannya tidak mampu secara langsung
menyelesaikan permasalahan antara Israel dan Palestina. Palestina dengan
pasukan intifadanya dan Israel dengan kekuatan bersenjata yang cukup kuat tetap
saling menyerang dan
bertahan
satu sama lain. Sementara solusi riil untuk menyelesaikan sengketa mencapai
pedamaian dunia tidak juga mampu menyelesaikan permasalah antar kedua bangsa.
Ditinjau dari segi pertanggung.
Jawaban
atas perjanjian internasional yang telah dilanggar berkali-kali tentu harus
dicermati kembali masalah yang mendasari.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Kenapa palestina menjadi penting bagi penganut tiga
agama syamawi ( Islam,Kristen,Yahudi )?
2.
Apa kaitannya dengan perang salib, akhir
zionisme, perang dunia 1 dan 2dan perang paling mengerikan ( Al-MALHAMAH
KUBRA,AL-MAJIDUN,AL-MAGEDDON)
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENTINGNYA PALESTINA BAGI 3 AGAMA SYAMAWI
1.
Sejarah Palestina
Sebagaimana yang
tertulis di dalam sejarah, negeri Palestina adalah tanah yang selalu menjadi
perebutan bangsa-bangsa adidaya bahkan sebelum kelahiran para Rasul.
Sejarah Palestina memang menarik. Wilayah ini dianggap
sebagai tempat kelahiran sebagian besar Nabi dan Rasul. Barangkali karena
keistimewaan itulah, tanah "yang diberkati" itu sering diperebutkan.
Kajian arkeologi, Palestina sudah dihuni
manusia sejak zaman Batu klasik (500 ribu-14 ribu SM). Bahkan kala itu sudah
terbangun peradaban An-Nathufiyyah yang dinisbatkan kepada kawasan gua
An-Nathuf di utara Yerusalem, tempat tinggal mereka.
Pada zaman batu
modern (8000-4.500 SM), kehidupan manusia di Palestina semakin stabil dan telah
memproduksi bahan makanan. Jericho (Ariihaa), yang mengindikasikan adanya
kehidupan yang stabil kala itu, dianggap sebagai kota tertua di dunia yang
dibangun sekitar tahun 8000 SM.
Beberapa peninggalan
peradaban juga ditemukan di wilayah Beer Sheba, yang terletak di pegunungan
Hebron (Alkhalil) dan Laut mati serta pesisir Al-Khudiera, yang diperkirakan
dari zaman batu perunggu (4.500-3.300 SM). Periode setelah itu (3.200-2000 SM) disebut
zaman perunggu kuno, yang ditandai dengan munculnya beberapa kota berbenteng di
wilayah perbukitan, terutama di Palestina tengah dan utara. Beberapa kota
penting kala itu antara lain, Bashan, Mejideo, Al-Faola, Ras Al Nakoura dan Tal
Farei'a di sebelah utara Nablus.
Awal kurun 3000
tahun SM tersebut juga ditandai munculnya beberapa kekaisaran purba sebelah
timur, bersamaan dengan lahirnya budaya tulis - yang mengawali penulisan
sejarah. Periode tersebut sekaligus menandai dimulainya zaman bersejarah di
Palestina.
Pada pertengahan
periode itu (2500 SM) pula bangsa Amonites, Kan'an, Yabous dan Phoenisi
diperkirakan berimigrasi dari jazirah Arab ke Palestina. Bangsa Kan'an
menduduki pesisir selatan, Phoenis di pesisir utara (sekitar Lebanon), Ammonites
di dataran tinggi dan pegunungan. Sedangkan bangsa Yabousi mendiami sekaligus
membangun wilayah Al Quds menjadi sebuah kota yang mereka namakan Yabous -
belakangan berubah menjadi Ursyalem (tanah Tuhan) dan akhirnya menjadi
Yerusalem.
Kala itu jumlah
bangsa kan'an yang berimigrasi sangat besar, sehingga mendominasi Palestina.
Bahkan kemudian tanah Kan'an menjadi nama paling awal, tertua, bagi Palestina.
Bangsa itu pula yang membangun ratusan kota di Palestina - seperti Jericho, Al
Quds, Sechem (Nablus), Hebron, dan Bethlehem - ratusan tahun sebelum kedatangan
bangsa Yahudi.
Pada akhir periode
itu (1900 SM) pula, Nabi Ibrahim as diperkirakan datang ke Plestina beserta
adik sepupunya yaitu Nabi Luth as, disertai puluhan pengikut mereka. Di Palestina
pula lahir Nabi Ismail, Ishak, dan Ya'kub atau Israil. Kemudian datang masa
perunggu pertengahan, ditandai pemerintahan Hyksos (1800-1600 SM), disusul
zaman perunggu terakhir (1550-1200 SM) ketika kekuasaan Hyksos runtuh gara-gara
penjajahan Mesir atas Palestina.
Dari bukti-bukti
sejarah juga diyakini, Nabi Musa as memimpin eksodus bani Israel dari Mesir ke
Palestina pada pertengahan terakhir abad ke-13 SM, atau di akhir zaman perunggu
terakhir. Imigrasi itu sekaligus menjadi periode masuknya bangsa Yahudi ke
Palestina.
Periode selanjutnya
disebut zaman besi (1200-330 SM), ketika Palestina kedatangan para imigran dari
berbagai wilayah. Yang paling besar adalah imigrasi "bangsa-bangsa
pelaut" dari wilayah asia barat dan pulau-pulau di laut Aegea, seperti
pulau kreta dsb. Awalnya bangsa-bangsa imigran itu bermaksud menyerang wilayah
Mesir. Namun mereka dikalahkan oleh Fir'aun Ramses ||| dari Mesir dalam
pertempuran di Blouziun, dekat pelabuhan Bur Said, kemudian diasingkan ke
bagian selatan Palestina.
Dari inskripsi, para
arkeolog menemukan ukiran huruf-huruf PLST, yang mengungkapkan bahwa
orang-orang buangan di selatan Palestina itulah yang pertama kali disebut
palestian atau palestin. Mereka sempat mendirikan lima kerajaan kota, yani
Gaza, Ashdod, Jet, Aqroun, dan Ashkelon, yang pada awalnya milik bangsa kan'an
kuno. Mereka juga mendirikan dua kota baru, Lod dan Saklash, dan menguasai
pesisir yang tersisa hingga gunung Karmel.
Dengan cepat
orang-orang palestin berbaur dengan bangsa Kan'an, mengunakan bahasa Kan'an dan
menyembah tuhan-tuhan mereka seperti Dajoun, B'al, dan Ashtar. Belakangan
wilayah itu dikenal dengan mengacu nama mereka, Palestina. Dalam perjalanan
sejarah, mereka sempat mendirikan kerajaan yang kemudian dalam pemerintahan
Jaluth atau Goliath direbut oleh raja Thaluth dan panglimanya Daud, dari bani
Israel. Setelah Thaluth meninggal, digantikan oleh menantunya, Daud, sebagai
Raja yang juga Nabi. Sesudah Daud wafat, Sulaiman, putranya, menggantikannya
sebagai Raja.
Sepeninggal
Sulaiman (953 SM) yang juga seorang Nabi itu, kerajaan yang besar tersebut
terbagi dua, kerajaan Israel (923-722 SM) dan kerajaan Yahuda (923-586 SM),
masing-masing menguasai sebagian kecil wilayah Palestina. Sejak 730 SM,
sebagian besar wilayah Palestina jatuh ke tangan penguasa baru, bangsa Asyiria
dari Irak, hingga 645 SM. Setelah itu Palestina diambil alih bangsa Babylonia
sampai 539 SM. Kemudian Persia merebut Palestina, dan memerintah di sana pada
539-332 SM.
Lepas dari
cengkeraman Persia, Palestina dikuasai oleh raja Ptolemaik dari Yunani hingga
198 SM. Sejak itu Palestina memasuki zaman Helenesia Yunani. Setelah itu raja
Seleusias bertahta hingga 64 SM. Tapi kekuasaan Yunani berakhir setelah bangsa
Romawi menyerbu dan menguasai Palestina hingga ratusan tahun. Meski beberapa
puluh tahun kemudian kerajaan Romawi pecah, Palestina tetap berada di bawah
naungan kekaisaran Romawi timur (dengan ibu kota Konstantinopel), hingga
dibebaskan oleh pasukan muslim pada masa khalifah Umar bin Khattab.
Palestina memang
tanah yang istimewa, karena disanalah lahir sebagian besar nabi dan rasul.
Adalah Nabi Ibrahim as, Nabi pertama yang hidup dan wafat di Palestina. Ia
adalah leluhur para Nabi melalui jalur nabi Ismail as, yang melahirkan
suku-suku Arab terkemuka, termasuk Quraisy; dan melalui nabi Ishak dan
putranya, Ya'kub, yang melahirkan bani Israil. Ibrahim yang berasal dari Uur,
Irak, dikenal sebagai "bapak agama tauhid". Ia sempat mengajak raja
Namrudz bertauhid dan menghancurkan berhala-berhalanya. Gara-gara itu, Namrudz
berusaha membakarnya. Tetapi Allah SWT mendinginkan api sehingga nabi Ibrahim
as selamat.
Setelah itu beliau
hijrah bersama kemenakannya, Luth, dan para pengikutnya, mula-mula ke Hurran
(Al Raha) di sebelah selatan Turki atau utara Syuriah sekarang. Dari sana
beliau hijrah lagi ke Pelestina, dan bermukim di sechen dekat Nablus. Tapi tak
lama kemudian ia dan pengikutnya pindah ke Ramallah dan Qud, lalu pergi ke
Mesir - diperkirakan bertepatan dengan zaman pemerintahan Fir'aun XI atau XII.
Setelah itu beliau kembali ke Palestina membawa Hajar, istrinya, konon hadiah
atau putri dari salah seorang penguasa Mesir kala itu.
Ketika melewati
Ghaza, beliau bertemu dengan pangeran Ghaza, Abu malek, lalu meneruskan
perjalanan ke Palestina, dan selanjutnya bermukim di pegunungan Al Quds dan
Hebron, sementara nabi Luth menuju Sadum (Soddom) di sebelah selatan laut mati.
Di Palestina itulah Siti Hajar melahirkan Ismail; dan 13 tahun kemudian, siti
Sarah, istri ke dua nabi Ibrahim, melahirkan Ishak.
Suatu saat nabi
Ibrahim memutuskan memindahkan Hajar dan Ismail ke lembah Bakka (Mekkah) di
Hijaz (tanah Arab sekarang). Ketika itulah beliau sempat bolak-balik
Palestina-Hijaz untuk menjenguk mereka. Bahkan nabi Ibrahim juga sempat
menyaksikan penghancuran umat nabi Luth di Soddom dan Gomorah karena
kedurhakaan mereka. Dalam pada itu, pada 1750 SM, Ishak di Palestina
dianugerahi putra kembar, Aishu (Esau, leluhur bangsa Romawi) dan Ya'kub. Meski
kembar, setelah dewasa tubuh mereka tidak sama. Aishu bertbuh tinggi besar,
berbulu, dan pandai berburu hingga disayang sang ayah, sedangkan Ya'kub
bertubuh kecil berkulit bersih dan disayang sang ibu.
Suatu hari nabi
Ishak as minta Aishu berburu dan memasak hewan buruannya. Tapi sebelum Aishu
tiba, atas perintah sang ibu Ya'kub mendahului menghidangkan santapan daging.
Tentu saja sang ayah gembira lalu mendoakannya dan memberkatinya. Melihat hal
itu Aishu marah dan bersumpah akan membunuh Ya'kub setelah orang tua mereka
wafat. Maka sang ibupun memerintahkan Ya'kub hijrah ke rumah pamannya, Labaan
di Hurran. Ketika beristirahat di suatu tempat yang cukup tinggi, ia tertidur
dan bermimpi memperoleh kejayaan. Ia lalu menandai tempat itu dengan nama
Illiyya (Tuhan Yang Maha Tinggi) dan berniat kelak akan membuat tempat ibadah.
Dirumah sang paman
itulah Ya'kub menikah dengan dua adik sepupunya, Layya (Lea) dan Rahil
(Rachel). Belakangan ia juga memperistri dua hamba sahaya kedua istrinya, yakni
Zilpa dan Dilha. Dari keempat istrinya, ia memperoleh 12 putera: Rubail
(Ruben), Syam'un (Simeon), Lawwa (Lewi), Yahudza (Yehuda), Yasakhir (Isakhtar),
Zabilun (Zebulon), Jaad (Gad), Asyir (Asyer), Daan, Naftali, Yusuf (Yosef), dan
Bunyamin (Benjamin).
Setelah 20 tahun
menetap di Hurran, Ya'kub kembali ke Palestina membawa seluruh keluarganya
(waktu itu Bunyamin belum lahir). Karena takut bertemu abangnya (Aishu) yang
mungkin masih menyimpan dendam, Ya'kub menempuh perjalanan di malam hari.
Ketika tiba di suatu tempat, beliau bertemu dengan malaikat Jibril, yang
menyapanya dengan panggilan Israil, artinya "orang yang berjalan di malam
hari", dan menyampaikan pengangkatannya sebagai Nabi.
Ketika Ya'kub
beserta rombongan keluarganya sedang melakukan perjalanan di malam hari, di
suatu tempat beliau bertemu dengan malaikat Jibril, yang menyapanya dengan
panggilan Israil, artinya "orang yang berjalan di malam hari", dan
menyampaikan pengengkatannya sebagai Nabi. Baru kemudian beliau menyadari bahwa
tempat itu adalah Illiyya, tempat beliau bermimpi indah 20 tahun sebelumnya.
Nah tempat itulah konon, yang sekarang menjadi Masjidil Aqsha atau Baitul
Maqdis.
Ketika nabi
Yusuf menjadi pembesar kerajaan Mesir, keluarga nabi Ya'kub, yang sudah
berjumlah puluhan, ikut hijrah ke Mesir. Sebagian riwayat mengungkapkan, mereka
tinggal di Mesir selama 17 tahun, namun saat wafat nabi Ya'kub as dibawa
kembali ke Palestina dan di kubur dekat dengan kakek dan ayahnya di Hebron. Di
masa nabi Yusuf as, Bani Israil - yang tiada lain keturunan nabi Ya'kub as -
mengalami kejayaan, karena nabi Yusuf as memberi mereka tanah yang subur. Namun
sepeninggal nabi Yusuf as, bangsa pendatang itu dikucilkan, dan ditindas,
diusir. Mereka baru mendapat kemerdekaan setelah dibawa oleh nabi Musa as,
eksodus kembali ke Palestina.
Sejalan
dengan kepindahan itu, agama yang dibawa oleh nabi Musa as pun menyebar di
Palestina. Puncak kejayaan Bani Israil tercapai ketika nabi Daud as mendirikan
kerajaan Israil, kemudian diteruskan oleh putranya, nabi Sulaiman as. Namun
sebagaimana diuraikan diawal kisah ini, sepeninggal nabi Sulaiman as, mereka
kembali terpecah-belah. Bahkan akhirnya dibantai dan diusir oleh raja
Nebukadnezard (Bukhtanashar, dalam bhs Arab) dari Babylonia.
Sejak itu,
bangsa Israil kembali sebagai bangsa tertindas dan terjajah secara bergantian
oleh beberapa penguasa. Beberapa Nabi yang datang belakangan lebih banyak
mengambil peran spiritual dan gerakan pembebasan, sebagaimana yang dilakukan
oleh nabi Yahya as (Yohanes) dan nabi Isa as (Yesus) melalui gerakan Essenias
yang berpusat di pegunungan Qumran.
2. Sejarah Bani Israil
Seperti yang sudah menjadi fakta sejarah bahwa perang Arab (Hamas) -
Israel merupakan tragedi kemanusiaan yang paling panjang di zaman modern. Bukan
saja intensitas kekerasannya yang tinggi, jumlah korbannya pun sudah cukup
banyak.
Konflik kedua bangsa itu dimulai ketika Inggris - penjajah Palestina
pasca - perang dunia I - memprakarsai berdirinya negara Israel di Palestina
melalui deklarasi Balfour (1917). Konflik itu semakin merebak ketika
Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1922, mensahkan berdirinya negara Israel dengan
alasan kemanusiaan dan solidaritas terhadap bangsa tak bernegara yang menjadi
korban genocide Nazi. Dan akhirnya, negara Israel pun diproklamasikan pada
1948.
Begitu negara Israel resmi berdiri, ratusan ribu orang yahudi miskin -
dari berbgai negara, terutama dari eropa timur, berimigrasi ke Palestina,
sementara para yahudi konglomerat yang tinggal di Amerika dan eropa barat
enggan memulai hidup baru di tanah tandus itu.
Tentu saja para pendatang itu terlibat konflik dengan pribumi Palestina,
sebab kaum pribumi meyakini tanah suci yang dihormati tiga agama itu adalah
milik mereka yang sah sejak zaman prasejarah. Ini dibuktikan dengan penemuan
arkeologi tentang keberadaan bangsa Kan'an dari Hijaz (Arab) yang hijrah ke
Palestina ribuan tahun sebelum kepindahan nabi Ibrahim as dan keluarganya ke
Palestina sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Di lain pihak, bangsa Yahudi juga
merasa berhak atas negeri di tepian laut mati tersebut. Mereka yakin, Palestina
adalah "tanah yang dijanjikan Tuhan" pada zaman nabi Musa as.
Sejarah bangsa yahudi (Bani Israel) memang dramatis. Itu gara-gara
kedurhakaan mereka dari masa ke masa, sehingga Allah SWT mengutus beberapa nabi
dan rasul untuk menyadarkan, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al Qur'an. Allah
SWT juga melaknat bangsa berkepala batu itu sehingga mereka berkali-kali
mengalami penindasan, pengusiran, dan pembantaian. Mereka hidup terasing di
berbagai sudut dunia selama ribuan tahun, sebelum akhirnya terhimpun dan
menjarah Palestina dari pewarisnya yang sah.
Sejarah kaum durhaka ini dimulai sejak abad perunggu ketika orang-orang
semit pindah dari peradaban yang gemilang di lembah Eufrata menjelang hancurnya
kota tua Ur, lalu menetap di perbukitan di Kan'an tengah dan selatan di tepi
laut tengah.
Hijrah menyeberangi sungai Eufrat di bawah pimpinan nabi Ibrahim as
itulah asal-muasal nama mereka, yaitu Ivriim (Bible), atau Hebrew (Inggris),
alias Ibrani (Arab), yang berarti "orang-orang yang menyeberangi
sungai". Adapun nama Israel (Israil) bermula panggilan dari malaikat
Jibril kepada nabi Ya'kub as saat beliau menempuh perjalanan di malam hari ke
Kan'an - setelah bermukim selama 20 tahun di Hurran (Harran).
Berkat keimanan dan hidupnya yang saleh, Ibrahim dijanjikan oleh Allah
SWT, kelak keturunan yang mengikuti jalan hidupnya akan menjadi sumber rahmat
bagi bangsa-bangsa lain. Diusia senjanya nabi Ibrahim as memindahkan putera
sulungnya, Ismail, dan ibunya, Siti Hajar, ke lembah Bakka (Mekkah). Disanalah
Ismail, setelah dewasa, menyebarkan agama tauhid dan membangun Baitullah
(Ka'bah) bersama ayahandanya.
Sementara itu risalah nabi Ibrahim di Palestina diteruskan oleh putra ke
duanya, Ishaq (Isaac), dan cucunya Ya'kub. Sang cucu mempunyai 12 putera sbagai
cikal bakal suku Bani Israil.
Belakangan anak salah seorang putera nabi Ya'kub as, Yusuf, menjadi
gubernur Mesir di bawah pemerintahan raja Hyksos, seorang semit keturunan asing
yang dekat dngan Yahudi. Saat itulah sebagian bangsa Israel di Kan'an pindah
dan tinggal cukup lama di Mesir.
Tetapi pada 1580 SM, Aahmes, bangsawan dari Thebes, menumbangkan
kekuasaan raja Hyksos, dan kaum yahudi yang menjadi kaki tangan raja Hyksos
ditangkap serta dijadikan budak belian.
Ketika kaum yahudi ditindas oleh raja Fir'aun Ramses II, Allah SWT
membangkitkan nabi Musa as, yang semula diangkat anak dan dibesarkan oleh salah
seorang ratu Mesir. Keyika dewasa Musa lari ke Madyan dan menikah dengan putri
nabi Syu'aib as. Ketika sedang menggembala di gunung sinai, ia melihat pancaran
cahaya menakjubkan dari pohon Tin di bukit Horeb (Tursina). Ia mendengar firman
Allah SWT yang menyerunya agar ia kembali ke Mesir untuk menolong
saudara-saudaranya dari penderitaan, dan memimpin mereka ke "tanah yang
dijanjikan" alias Palestina.
Musa pun kembali ke Mesir dan memimpin kaum Yahudi melakukan eksodus ke
Palestina di bawah tekanan dan kejaran psukan Fir'aun. Namun Allah SWT memberi
Musa mukjizat (dengan mudah menyeberangi laut merah) - sementara pasukan
fir'aun tenggelam. Sampai di gurun Sinai, nabi Musa as meninggalkan
rombongannya sejenak untuk kembali ke Horeb. Di bukit itulah beliau menerima 10
perintah Tuhan. Begitu nabi Musa as berngkat, kaum yahudi melupakan yahweh (Jehovah,
Tuhan) dan mulai menyembah sapi emas - karena terbujuk oleh orang yang bernama
Samiri.
Gara-gara kemungkaran itulah, mereka dihukum oleh Allah SWT. Mereka
terlunta-lunta di gurun pasir selama 40 tahun tanpa pimpinan, karena nabi Musa
as wafat dalm perjalanan ke Palestina. Bani Israil baru memasuki Kan'an
(Palestina) setelah menyeberangi sungai Yordan dibawah pimpinan Joshua, murid
nabi Musa as dan nabi Harun as. Sampai di Palestina mereka berhadapan dengan
pribumi Arab. Setelah bertempur cukup lama, bani Israil menguasai bagian
terbesar kawasan Palestina yang paling subur.
Setelah Joshua wafat, mayoritas bani Israel kembali ingkar janji, dan
menyembah dewa-dewa Kan'an seprti Baals dan Artertes. Mereka juga mengadopsi
adat-istiadat orang Kan'an, menggelar pesta panen untuk menghormati dewa Baals
dan Artertes. Bahkan mereka juga mematungkan Yehova untuk disembah. Tapi
praktek musyrik itu ditentang oleh pemimpin-pemimpin suku yang disebut Hakim,
terutama oleh hakim Samuel. Bersamaan dengan itu mereka menghadapi serbuan
bangsa Arab Palestina dibawah pimpinan Goliath (Jaluth).
Pada saat itu bani Israil sedang menghadapi serbuan dari bangsa Arab
Palestina dibawah komando Goliath (Jaluth) yang telah menduduki kota Ark dan menghancurkan
beberapa kota lain. Sejak itu bani Israil berusaha bersatu dibawah pimpinan
raja Saul atau Thaluth. David atau Daud (1012-972 SM), yang menggantikan Saul,
berhasil memperluas wilayah kerajaan sampai ke batas negeri Assyria, dan
menjadikan Jerusalem sebagai ibu kota. Daud juga membersihkan agama yahudi dari
pengaruh keyakinan purba. Kebijakan nabi Daud as diteruskan oleh putranya, nabi
Sulaiman as, yang membangun sebuah kanisah (haikal, kuil) besar di Yerusalem.
Setelah nabi Sulaiman as wafat, bani Israil terpecah menjadi dua.
Sepuluh suku di utara membentuk kerajaan Israel dengan ibu kota Samaria dan
rajanya Raja Jeroboam, sementara suku Yudah dan Benyamin membangun kerajaan
Yudea dengan ibu kota Yerusalem.
Pada 738 SM pasukan Assyria di bawah pimpinan raja Tiglath - Pilesar |||
menghancurkan kerajaan Israel. Dan pada 721 SM, raja Sargon || mengusir mereka
dari kerajaan tersebut.
Adapun kerajaan Yudea, yang didirikan oleh keturunan Daud, tetap eksis.
Mula-mula beberapa raja masih mengamalkan ajaran nabi Musa as, tetapi
belakangan raja Yehoram menganjurkan penyembahan dewa Baals. Namun tidak semua
raja Yudea ingkar, raja Yehezkiel, misalnya, berusaha mengembalikan kemurnian
agama nabi Musa as dibantu oleh Isaiah dan Micah. Pemurnian ini diteruskan oleh
raja Amos dan Hosea alias nabi Ilyas.
Raja lain yang beriman ialah Yosiah, yang naik yang naik tahta pada 640
SM. Pada 621 SM kepala pendeta Hilkiah mengirimkan sebuah kitab berisi ajaran
nabi Musa as kepada Yosiah. Kitab yang ditemukan di haikal yahweh itulah pula
yang disampaikan nabi Musa as kepada bani Israel lebih dari 800 tahun
sebelumnya.
Dengan kitab itu pulalah Yosiah membenahi agama yahudi; kemusyrikan
dilarang, berhala dibinasakan, pelacuran dan korban manusia dihapuskan,
kuil-kuil dirobohkan.
Belakangan Yudea menjadi korban ketika dua bangsa besar - Mesir dan
Babylonia - terlibat perang karena memperebutkan peninggalan Assyria di asia
barat. Ketika Jeremiah, seorang alim, memperingatkan bakal runtuhnya bani
Israel, itu tidak digubris. Ternyata ramalan Jeremiah terbukti. Pada 586 SM,
raja Nebukhadnezar dari Babylonia menyerbu Yerusalem. Kota hancur, dan bani
Israel ditawan, dibawa ke Babylonia sebagai budak. Merekalah satu-satunya suku
bani Israel yang tidak lenyap. Dan dari merekalah bangsa Yahudi berkembang.
Pada 535 SM, Babylonia dikuasai oleh raja Cyrus dari Persia. Pada
pemerintahan Cyrus, bani Israel diizinkan pulang ke Yudea di bawah pimpinan
pangeran Zerubbabel dan kepala pendeta Yoshua. Sampai di Yudea, mereka kembali
membangun Haikal Sulaiman, sementara beberapa pemimpin agama seperti Haggai,
Zehariah, dan Malchi menegakkan kembali ajaran nabi Musa as.
Pada 333 SM, kekuasaan Persia di Yudea berakhir karena Iskandar
Zulkarnaen menguasai kawasan yng sangat luas dari barat sampai timur. Ia
mempersilahkan bani Israel memeluk agama dan menjalankan adat-istiadat secara
bebas. Ketika Iskandar Zulkarnaen wafat, Palestina jatuh ke tangan raja-raja
Yunani (yang juga menguasai Mesir), seperti Ptolomeus, yang cukup toleran bani
Israel. Tapi belakangan Antiochus IV meruntuhkan kanisah-kanisah yahudi,
membakar kitab suci, dan menganiaya mereka yang membelot.
Pada 164 SM bani Israel ortodoks bangkit melawan raja Antiochus di bawah
pimpinan Mathatias dan putranya, Maccabees, dan memperoleh kemenangan. Sejak
itu bani Israel kembali ke Yerusalem dan merayakan kemenangan tersebut dengan
menggelar Hanukah alias "pesta cahaya". Setelah Antiochus mangkat,
panglima Lyaisas memberi kebebasan kepada bani Israel. Tetapi pada 143 SM, bani
Israel dibawah pimpinan Simon memberontak kepada raja Selecuid dan mengusir
penguasa Assyria itu dari Yerusalem.
Belakangan bani Israel terlibat perang saudara sehingga kekuatan mereka
melemah. Saat itu, muncul dua tokoh yang memakzulkan diri sebagai raja dengan
bantuan kaisar Pompey dari Romawi. Maka pada 63 SM pasukan Romawi menyerbu
Yudea dan mengangkat Hyracanus, yahudi yang berkomplot dengan pihak Romawi,
sebagai gubernur. Ketika Julius Caesar menjadi kaisar penguasa Roma, dia
menunjuk Antipater sebagai pelindung Yudea, dan Antipater menunjuk Herodes
sebagai gubernur Galilea. Pada 39 SM Herodes menjadi raja Yudea.
Ketika itu bani Israel mengalami perpecahan. Ada kaum Saduki, yang
memihak Romawi, sementara kelompok Farisi lebih cenderung mengurusi agama. Kaum
Farisi inilah yang menanti kedatangan putra Daud, Juru Selamat (Almasih), yang
akan menerima mandat Tuhan untuk memerintah Palestina. Pada 70 SM, ketika untuk
kesekian kalinya kanisah-kanisah dihancurkan, berakhir pula peranan kaum
Saduki. Namun kaum Farisi, yang memusatkan ibadah di Sinagog, tetap eksis.
Ajaran mereka inilah yang berkembang sampai sekarang.
Sekte lain, Zealot, memisahkan diri dari kaum Farisi. Mereka yakin bahwa
Tuhan adalah Tuhan Penguasa Negeri Israel, dan bani Israel adalah umat
terpilih, sementara Palestina adalah tanahnya. Mereka menganggap, orang Israel
yang tunduk kepada Romawi, dosa besar. Karena itu mereka berusaha membebaskan
Palestina. Ada lagi sekte Essene - yang disebut-sebut dalam naskah kuno
gulungan Laut Mati (The dead sea scrolls) yang ditemukan di lembah Qumran,
Yordania.
Walaupun populasinya sedikit, kaum Essene memegang peranan cukup
menonjol. Mereka meyakini, bani Israel adalah umat terpilih dan punya
perjanjian khusus dengan tuhan. Namun tidak semua bani Israil memegang teguh
perjanjian untuk menjaga syariat-NYA. Maka melalui merekalah, dengan pimpinan
Almasih, Tuhan akan "melapangkan jalan kejahilan ke arah tatanan dunia
baru" - melalui Almasih.
Di era pemerintahan Herodes, ada dua nabi, yakni nabi Zakariya as dan
putranya nabi Yahya as, yang punya andil besar dalam mendakwahi bani Israil
agar kembali ke ajaran nabi Musa as. Dalam literatur Nasrani, nabi Yahya as
dikenal sebagai Johanes Pembaptis, yang memandikan (menyucikan) orang dari
berbagai dosa.
Nabi Yahya menentang kemauan Herodes untuk mengawini Herodya, kemenakannya
yang cantik. Akhirnya Herodya berzina dengan Herodes dan meminta tentara
Herodes untuk membunuh nabi Yahya. Pembunuhan itu sangat sadis; kepala nabi
Yahya as diserahkan kepada Herodya. Selain itu Herodes juga membunuh nabi
Zakariya as dengan menggergajinya karena membela nabi Yahya as.
Setelah nabi Zakariya as wafat, sekitar tahun 4 SM nabi Isa as lahir di
Betlehem. Menghindari kekejaman Herodes, nabi Isa as diungsikan oleh sang ibu,
Siti Maryam ke suatu tempat. Tak lama kemudian beliau dibawa ke Nazareth.
Belakangan para sejarawan modern meyakini, Siti Maryam menitipkan nabi Isa as
ke sekte Essene. Sebagian kaum Essene berbai'at untuk kembali ke ajaran nabi
Musa as dan para nabi lainnya, di bimbing oleh seorang guru - yang berdasarkan
naskah Gulungan Laut Mati adalah nabi Isa as.
Di dalam dakwahnya, pada 30 Masehi, nabi Isa as sempat mengunjungi rumah
ibadah (sinagog) di Yerusalem. Bukan sambutan yang diterima, tetapi tokoh-tokoh
bani Israel justru membenci beliau. Maka dewan agama yahudi (synhadrin) pun
memutuskan menangkap nabi Isa as dan menghukumnya dengan hukuman mati, dengan
tuduhan melakukan pelecehan agama. Mereka menggiring nabi Isa as menghadap
gubernur Romawi Pontius Pilatus, tetapi sang Gubernur tidak menemukan kesalahan
apapun.
Akhirnya karena desakan para pendeta bani Israel, Pilatus menghukum nabi
Isa as dengan cara disalib. Namun Allah SWT memberi pertolongan dan mengangkat
beliau menghadap-NYA. Untuk kesekian kalinya bani Israel ingkar dan durhaka
kepada utusan-NYA. Bani israel ingkar dan membunuh nabi dan rasul. Dan untuk
kesekian kalinya Allah SWT melaknat mereka.
Laknat itu misalnya menjadi kenyataan ketika mereka memberontak melawan
kaisar Elia Hadrian. Mereka hancur lumat ditangan pasukan Romawi pimpinan
Julius Cephrius yang kejam. Mereka menyingkir ke Battier, tapi Hadrian terus
memburu dan menangkapi mereka dengan kejam, serta membumihanguskan permukiman
mereka. Mereka juga dilarang masuk Yerusalem.
Di atas puing Yerusalem, Hadrian membangun kota Elia Capitolina yang
kemudian lebih dikenal dengan nama Elia, nama sang kaisar, sebagai penghormatan
terhadapnya. Di atas rumah ibadah yahudi yang rata dengan tanah juga dibangun
sebuah rumah berhala untuk menyembah dewa Jupiter.
Larangan yahudi memasuki Yerusalem berlanjut hingga 200 tahun kemudian
sampai abad ke 19. Selamaitu mereka hidup dalam diaspora, tersebar di berbagai
belahan dunia, tidak punya hubungan apapun dengan Palestina, kecuali nostalgia
berupa potret kekufuran, kefasikan, ketidak adilan, dan pembunuhan para Nabi.
Diaspora itulah bentuk dari laknat Allah SWT: Diharamkan mendiami tanah suci
Yerusalem.
Di tengah kehidupan diaspora (terpencar-pencar), ada beberapa pendeta
(rabbi) yahudi yang mencoba memberi harapan dan mempersatukan mereka dengan mendirikan
Akademi Sanhedran di Jabneh. Tapi setelah dihancurkan oleh tentara Hadrian,
akademi itu pindah ke Galilea. Disanalah mereka mengumpulkan tradisi lisan kaum
yahudi dalam bentuk Mishnah.
Di negara kristen mereka dipaksa tinggal di Gettho, perkampungan khusus
yahudi yg kumuh. Harta benda mereka sering dijarah, penghuninya dianiaya dan
diusir. Hanya di negeri-negeri Islam, termasuk di kalangan kaum muslimin
Spanyol, mereka hidup bebas. Dalm kata pengantar buku the Wisdom of Israel,
Lewis Browne antara lain menulis;
"Kaum yahudi adalah pelajar
sekaligus pengajar dalam pengembaraan. Mereka belajar kepada orang Mesir,
Kan'an, Babylonia, Yunani, Parthian, Romawi, Arab, dan setiap umat, baik dalam
keadaan mesra maupun derita..... Kebijaksanaan bangsa yahudi berkembang pesat
selama kejayaan Islam yang penuh toleransi, tapi sangat merosot dan gelap
gulita di masa abad kristen pertengahan."
Di masa kejayaan peradaban Islam, banyak tokoh intelektual yahudi hidup
aman dan bebas. Mereka itu misalnya, Solomom ibn Ganirol, Judah Galevi, Moses
ibn Ezra (penyair), Saadiya ben Joseph, Bachya ben Pakuda, Abraham ibn Daud,
Musa ibn Maimun alias Maimonides (filsuf), negarawan Hasdai ibn Sharput, dokter
istana Khalifah Abdul Rahman |||, wazir (perdana menteri) Granada Samuel ibn
Nagdela.
Dalam sebuah bukunya, Isodore Epstein menulis: "Nasib kaum yahudi
berubah ketika kaum muslimin berkuasa di Palestina dan Mesir, sementara
penguasa kristen Byzantium campur tangan dalam kehidupan sosial-ekonomi dan
peribadatan. Kaum yahudi mendapat pencerahan di masa pemerintahan kaum muslimin
di Spanyol selama berabad-abad. Raja-raja kristen Visighotic terkenal kejam dan
kasar, tetapi pewarisnya, yakni kaum muslimin, membebaskan mereka dari
penindasan dan menggalakkan peradaban."
Bani
israel baru benar-benar merasakan kebebasan ketika eropa memasuki abad
pencerahan. Namun setelah Napoleon Bonaparte jatuh, muncul kembali semangat
anti yahudi. Mereka dihadapkan kepada dua pilihan: "kembali ke Gettho
yahudi yang kotor dan kumuh, atau menjadi kristen." Apa boleh buat, banyak
diantara mereka yang memilih kembli menjadi kristen. Dan ketika Adolf Hitler
berkuasa di Jerman, ia melakukan Holocaust: memburu, menangkapi, menyekap, dan
membunuh orang-orang yahudi.
Karena berkali-kali hidup dalam pengasingan dan tertindas, muncullah
gagasan mendirikan sebuah negara yahudi. Gagasan itu pertama kali dilontarkan
oleh Theodore Herzl (1860-1901) dalam buku the Jewish state. Pada 1897 untuk
pertama kalinya kaum yahudi sepakat untuk mendirikan sebuah negara dalam
kongres Zionis | di Basel, Swiss, yang diprakarsai oleh Herzl.
Puluhan tahun kemudian, 1917, ketika Palestina di bawah kekuasaan
Inggris, lahirlah deklarasi Balfour, yang memberikan kesempatan kepada bani
Israel mendirikan negara di Palestina. Pada 1922 deklarasi itu di sahkan oleh
Liga Bangsa-Bangsa. Dan setelah terjadi lima kali aliya (eksodus) bani Israel
secara besar-besaran dari perbagai penjuru dunia ke Palestina, pada 14 Mei 1948
Ben Gurion memproklamasikan negara Israel dengan ibu kota Tel Aviv, didukung
oleh dua negara adikuasa saat itu, Amerika serikat dan Uni soviet.
v Baitul Maqdis
Walau begitu ada beberapa nilai historis dan religi dari tradisi Israil
yang tetap dimuliakan umat Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw. Yang pertama
adalah pengakuan Islam atas bangunan bersejarah Baitul Maqdis. Baitul Maqdis
diyakini oleh orang Israil sebagai bangunan suci mereka. Bangunan ini di
kokohkan dan menjadi besar pada masa Nabi Sulaiman, salah satu raja bangsa
Israil terbesar dalam sejarah. Dalam tradisi Islam kisah hidup Nabi Sulaiman
sangat populer dan menjadi salah satu cerita yang menarik di simak. Baitul
Maqdis atau rumah suci punya nilai ritual khusus bagi umat Islam, selama kurang
lebih 16 sampai 17 bulan arah kiblat shalat umat Islam mengarah ke Baitul
Maqdis, sebelum turun wahyu ilahi yang memindahkan kiblat ke arah Ka'bah di
Mekah. Di tempat suci ini dikenal dengan peristiwa agung bernama Isra Miraj,
ketika Nabi Muhammad di perjalankan dari Mekah ke Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis.
Baitul Maqdis mempunyai sejarah kuno yang sangat panjang, konon kompleks
peribadatan ini sudah ada jauh sebelum datangnya Nabi Sulaiman. Dalam
perkembangannya Nabi Sulaiman meneruskan pembangunan Baitul Maqdis dengan
menambahkan bangunan Kuil Sulaiman. Kuil ini kemudian hari dihancurkan oleh
bala tentara Babylonia, dibangun kembali oleh Raja Persia lalu di hancurkan
lagi oleh bangsa Romawi. Bagian yang tersisa dari kuil ini hanyalah dinding
pembatas luar yang dikenal sebagai Tembok Barat atau Tembok Ratapan dengan
panjang sekitar 60 meter. Di tempat itulah bangsa Yahudi berdoa dan meratapi
dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Nilai historis dan religi yang
menjadikan umat Islam memandang mulia tempat suci ini. Islam tidak ingin
terputus dari akar sejarahnya di bumi Kanaan, tempat bagi sebagian besar
keturunan Israil tinggal sekarang. Sekarang kompleks Baitul Maqdis dan kota
Yerussalem menjadi kota suci tiga Agama yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Puasa
Asyura Tidak banyak umat Islam yang tahu kalau puasa Asyura yang jatuh pada
bulan Muharram mengikuti tradisi Israil. Permulaan puasa ini adalah ketika Nabi
Muhammad Saw datang ke Madinah dan melihat orang-orang Yahudi melaksanakan
puasa di hari Asyura. Nabi Muhammad kemudian bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang
Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani
Israil dari musuhnya, maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Kemudian Nabi
bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka
beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”.
Maka sejak saat itu Nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk berpuasa Asyura
pada tanggal 10 Muharram. Puasa Asyura tidak hanya mengandung nilai
ritual/ibadah tapi juga merupakan salah satu bukti Islam menghormati perjuangan
Nabi Musa dalam menyelamatkan bangsa Israil dari amukan Firaun. Puasa Asyura
mendekatkan hubungan historis religi antara dua rumpun yaitu Ismail (Islam) dan
Ishaq (Yahudi). Puasa Nabi Daud & Kisah-kisah Nabi Israil Nabi Daud (David)
merupakan salah satu nabi bangsa Israil. Selain dianggap nabi yang perkasa yang
mampu mengalahkan Jalut (Goliath), Nabi Daud juga dikenal karena kesalehannya.
Nabi Daud dikenal dengan puasanya sehari berpuasa sehari berbuka selama
setahun. Tradisi puasa nabi Daud biasa di praktekkan Nabi Muhammad. Nabi
Muhammad sendiri menganjurkan umatnya untuk mengamalkan puasanya nabi Daud. Ada
4 kitab suci yang dikenal umat Islam, walau tidak tertutup kemungkinan masih
banyak kitab suci lain yang pernah diturunkan oleh sang pencipta. Ke-empat
kitab suci ini mempunyai kedudukan yang sama. Dari 4 kitab suci itu, 3
diantaranya di turunkan untuk umat/bangsa Israil. Kitab Zabur untuk Nabi Daud
(David), Kitab Taurat untuk Nabi Musa (Moses), dan Kitab Injil untuk Isa. Islam
menghormati dan menghargai ketiga kitab suci bani Israil itu. Kisah-kisah
perjuangan nabi-nabi Israil banyak dikisahkan dalam Al-Quran, kitab suci umat
Islam. Kisah Nabi Musa menyelamatkan umatnya dari kejaran Firaun, kisah Nabi
Yunus yang hidup dalam perut ikan, kisah Nabi Daud yang menaklukan Jalut
(Goliath) dan kisah perjuangan Nabi Isa menghadapi fitnah kaumnya dll,
kisah-kisah ini banyak menginspirasi dan memberikan pelajaran bagi kaum muslim.
Bahkan nabi-nabi Israil yang tidak disebutkan dalam Quran juga di muliakan
dalam tradisi Islam. Di dekat kuburan Nabi Daniel dibangun sebuah masjid yang
indah, Makam nabi Uzair juga dihormati kaum muslim yang tinggal didekat
makam itu dll. Nabi israil lainnya seperti Yeremia, Ezra, Yehezkiel dll juga
dihormati dalam tradisi Islam. Begitu indah dan mulianya jika di tanah Kanaan,
bumi Palestina yang kini berdiri negara Israel mampu tercipta sebuah perdamaian
yang abadi. Seperti indahnya persaudaraan antara moyang kedua generasi Ismail
dan Ishaq. Tradisi dan sejarah Israil yang di muliakan oleh Nabi Muhammad akan
selalu lestari hingga akhir hayat di dalam hati dan sanubari kami kaum
Muslimin. Salam
B. PALESTINA DENGAN PERANG SALIB,
AKHIR ZIONISME, PERANG DUNIA I DAN II, DAN PERANG TERDAHSYAT (AL-MALHAMAH, AL-MAJIDUN,
AL-MAGEDDON)
1.PERANG
SALIB
Perang Salib berawal dari Maklumat Perang Suci yang diserukan Paus
Urbanus II pada tahun 1095. Hal ini didorong oleh keinginan kaum Kristen Eropa
untuk menjadikan tempat-tempat suci umat Kristen, terutama Yerussalem, bisa
masuk ke wilayahnya, sehingga mereka melakukan serangkaian operasi militer
melawan tentara Muslim di sepanjang kawasan Mediterania Timur. Perang ini kerap
dilihat sebagai awal kontak yang melahirkan ketegangan dan sikap permusuhan
antara Barat dan Timur.
Maklumat yang dikeluarkan Paus Urbanus II (pemimpin Gereja Katolik)
adalah sebagai jawaban atas permintaan Kaisar Alexius I yang meminta bantuan
kepadanya untuk menolong kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara
Muslim ke wilayah kekuasaannya tersebut.
Hal ini
karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh
pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert,
yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara
Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini
berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern).
Meskipun
Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan
gereja Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas
permohonannya. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk
mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali
Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078
dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen
merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Untuk menanggapi hal tersebut Paus Urbanus II segera memutuskan untuk
mengadakan ekspedisi besar-besaran yang ambisius (27 November 1095). Tekad itu
makin membara setelah Paus menerima laporan bahwa Khalifah Abdul Hakim-yang
menguasai Palestina saat itu menaikkan pajak ziarah ke Palestina bagi orang-orang
Kristen Eropa. “Ini perampokan! Oleh karena itu, tanah suci Palestina harus
direbut kembali,” kata Paus.
Perang melawan kaum Muslimin diumumkan secara resmi pada tahun 1096 oleh
Takhta Suci Roma. Paus juga mengirim surat ke semua raja di seluruh Eropa untuk
ikut serta. Mereka dijanjikan kejayaan, kesejahteraan, emas, dan tanah di
Palestina, serta surga bagi para ksatria yang mau berperang.
Paus juga meminta anggota Konsili Clermont di Prancis Selatan yang
terdiri atas para uskup, kepala biara, bangsawan, ksatria, dan rakyat sipil
untuk memberikan bantuan. Paus menyerukan agar bangsa Eropa yang bertikai
segera bersatu padu untuk mengambil alih tanah suci Palestina. Hadirin menjawab
dengan antusias, “Deus Vult!” (Tuhan menghendakinya!)
Dari pertemuan terbuka itu
ditetapkan juga bahwa mereka akan pergi perang dengan memakai salib di pundak
dan baju. Dari sinilah bermula sebutan Perang Salib (Crusade). Paus sendiri
menyatakan ekspedisi ini sebagai “Perang Demi Salib” untuk merebut tanah suci
(Yerusalem).
2 . AKHIR ZIONISME
ISRAEL terus menolak langkah-langkah perdamaian yang didorong oleh AS.
Padahal, berpuluh-puluh tahun langkah-langkah perdamaian sangat menguntungkan
bagi kepentingan masa depan Israel. Gagasan dua negara Palestina-Israel, yang
digagas oleh AS, tak memengaruhi pemimpin Israel, khususnya sayap kanan, yang
sekarang berkuasa. Presiden Israel Benjamin Netanyahu menolak mentah-mentah
gagasan dua negara itu.
Hakikatnya politik Zionis itu adalah bangkitnya kembali entitas Yahudi,
yang sekarang mengalami diaspora (terpencar-pencar) di seluruh dunia, dan
menyatu kembali ke dalam satu bangsa, hidup di tanah yang ‘dijanjikan’,
Palestina. Gerakan Zionisme itu meniru gaya penjajahan Barat secara politis.
Selama beberapa dekade gerakan Zionisme belajar dan berkhidmat kepada Barat dan
mewujudkan kepentingan-kepentingan bersama antara keduanya. Maka, sangatlah
wajar, bila sekarang terjadi apa yang disebut dengan ‘mutualisma simbiosa’
antara Zionisme dengan Barat.
Gerakan Zionisme mempunyai tujuan akhir yang hendak diwujudkan, dan
bukan hanya ingin mendirikan negara Israel Raya, tetapi mempunyai tujuan yang
lebih luas diantaranya :
1. Gerakan Zionisme mempunyai tujuan
akhir mendirikan Kerajaan Nabi Daud dan Sulaiman, yang menjadi sebuah mitos di
kalangan masyarakat Yahudi, dan dibangun oleh kalangan Zionis, yang sangat
aktif secara politik dan ideologi.
2. Melakukan penguasaan sumber daya
ekonomi dan sumber daya alam vital guna menunjang gerakan, terutama bagi
membangun negara yang menjadi ‘Kerajaan’ Nabi Daud dan Sulaiman.
3. Menanamkan doktrin Zionisme kepada
seluruh orang-orang Yahudi di seluruh dunia, tentang doktrin tanah yang
dijanjikan, Palestina, dan menjadi hak mutlak bagi mereka. Karena itu, tak ada
entitas lainnya, yang mempunyai hak hidup di wilayah itu.
4. Karakter hubungan saling berkaitan
antara politik dan ekonomi sudah menjadi ideologi Zionisme yang mapan, dan
sangat memengaruhi setiap gerak dan langkah yang mereka lakukan. Karena itu,
setiap gerakan Zionisme berusaha melakukan penguasaan terhadap setiap
pemerintahan di dunia, dan menguasai ekonomi mereka.
5. Menciptakan langkah-langkah
strategis, dengan bertujuan melemahkan perjuangan bangsa Arab dan Islam dalam
menghadapi Zionis-Israel dengan politik adu-domba (divide at impera), dan
menanamkan sekulerisme, yang menghilangkan fanatisme terhadap agama (Islam),
dan mendorong agar paham pluralisme menjadi ideologi. Dengan cara itulah
gerakan-gerakan yang menentang Zionisme akan menjadi lemah. Karena masyarakat
muslim sudah tidak lagi memiliki keyakinan terhadap agama mereka.
Gerakan Zionisme ini berdiri kokoh diatas landasan yang substansial,
bahwa Yahudi bukan sekadar konsep agama, melainkan juga negara yang didukung
dengan ideologi menjajah melalui cara penguasaan, baik secara politik, ekonomi,
yang ditopang dengan ideologi. Inilah hakekat Zionisme yang ada ini.
Tak bakal lahir Palestina yang merdeka, jika hanya mengandalkan belas
kasihan Israel, seperti apa yang sudah dilakukan Yasser Arapat dengan PLO,
Mahmud Abbas dengan Otoritas Palestina, dan Organisasi Al-Fatah sekarang, yang
benar-benar mengabdi kepada Israel. Tak juga dengan perundingan dan perdamaian
yang akan menghasilkan sebuah cita-cita kemerdekaan, karena Israel tak
menginginkan Palestina menjadi sebuah entitas politik yang eksis dan berdaulat.
Israel hanyalah menginginkan Palestina itu, sebagai sebuah bangsa kelas dua,
yang hidupnya tergantung oleh belas kasihan Israel.
Inti sari konsep Zionisme itu, tak lain, adalah sikap panatisme dan
ortodok, yang sangat mendalam, yang tidak mungkin akan berubah. Mereka memiliki
gambaran yang ideal tentang negara, yang membentang dari Sungi Nil (Mesir)
sampai Sungai Eufrat (Irak). Inilah yang menjadi bentuk kerajaan Nabi Daud dan
Sulaiman, di era Benyamin Netanyahu sekarang ini.
Apakah konsep Zionisme yang membangun kerajaan Dawud dan Sulaiman itu
sudah terwujud? Secara teritori (wilayah) negara mungkin belum. Tetapi, secara
substansi (hakikat), sejatinya negara-negara tetangga Israel itu sudah menjadi
wilayah negara Israel. Karena, negara-negara di sekeliling Israel itu, sudah
mengabdi kepada kepentingan Israel. Mereka tidak merupakan sebuah negara yang
berdaulat yang dapat menentukan kebijakannya secara bebas.
Jadi Kerajaan Daud dan Sulaiman hakikatnya sudah berdiri di tanah Arab,
yang membujur dari sungai Nil (Mesir) sampai ke sungai Eufrat (Iraq). Meskipun,
wilayah itu masih mempunyai pemerintahan, presiden, raja, tapi semuanya
mengabdi kepada Zionis Israel.
3 . PERANG DUNIA l DAN ll
Kekejaman di Gaza sebenarnya tak lepas dari dosa politik Inggris. Sebab,
negara itulah yang mengizinkan warga Yahudi eksodus ke Palestina dan akhirnya
mendirikan negara baru. Dukungan Inggris atas imigrasi besar-besaran warga
Yahudi ke Palestina tertuang dalam Deklarasi Balfour pada 2 November 1917.
Deklarasi Balfour atau Perjanjian Balfour merupakan sebuah surat yang
dikirimkan Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour, kepada Lord
Rothschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk disampaikan kepada Federasi
Zionis. Surat itu berisi hasil rapat Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917 yang
menyatakan mendukung rencana-rencana Zionis mendirikan ‘tanah air’ bagi Yahudi
di Palestina, dengan syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang
mungkin merugikan hak-hak dari komunitas-komunitas yang ada di sana.
Pertempuran antara Israel dan Kelompok Hamas, yang menguasai Gaza,
sebenarnya adalah rangkaian dari sebuah konflik panjang yang berakar sejak
lama. Bahkan jika dirunut lagi ke belakang, konflik dua bangsa ini sudah
terjadi di zaman para nabi. Masih ingat kisah Daud melawan Goliat? Nah, Goliat
itu adalah perwakilan bangsa Filistin yang kemungkinan besar adalah nama kuno
bangsa Palestina. Jadi, bisa dibayangkan betapa kunonya konflik kedua bangsa
ini.
Berbicara soal konflik modern Israel-Palestina mungkin bisa dirunut
hingga akhir abad ke-19, sebelum pecahnya Perang Dunia I. Saat itu, Timur
Tengah merupakan wilayah kekuasaan Kekaisaran Ottoman Turki selama lebih dari
400 tahun. Menjelang akhir abad ke-19, Palestina atau saat itu disebut Suriah
Selatan dipecah menjadi Provinsi Suriah, Beirut, serta Jerusalem oleh penguasa
Ottoman.
Saat itu Palestina didominasi warga Arab Muslim dengan sedikit warga
Kristen Arab, Druze, Sirkasian, dan Yahudi. Meski hidup di bawah penjajahan
bangsa Turki, tetapi kehidupan di kawasan ini bisa dikatakan jauh dari konflik
dan kekerasan.
Sementara itu, nun di Benua Biru, warga Yahudi yang banyak tersebar di
Eropa Tengah dan Eropa Timur sudah sejak lama memimpikan "kembali ke
Zion" atau sederhananya adalah kembali ke tanah yang dijanjikan Tuhan.
Namun, imigrasi ke Palestina atau yang mereka sebut sebagai Tanah Israel baru
dilakukan secara sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok kecil dan niat mendirikan
sebuah negara Yahudi belum tebersit.
Niat mendirikan negara Yahudi muncul sekitar 1859-1880 ketika gelombang
anti-Semit mulai melanda Eropa dan Rusia. Inilah yang memicu terbentuknya
Gerakan Zionisme pada 1897. Gerakan ini menginginkan pembentukan sebuah negara
Yahudi sebagai suaka untuk semua bangsa Yahudi di berbagai pelosok dunia.
Kelompok ini pernah mempertimbangkan beberapa lokasi di Afrika dan Amerika
sebelum akhirnya memilih Palestina sebagai tujuan akhir.
Seperti disinggung di atas, Palestina saat itu masih berupa kawasan yang
menjadi kekuasaan Kekaisaran Ottoman Turki. Gerakan Zionisme yang didukung Dana
Nasional Yahudi kemudian mendanai pembelian tanah di Palestina yang masih
menjadi jajahan Ottoman Turki untuk pembangunan permukiman para imigran Yahudi.
Gelombang imigrasi Yahudi, setelah terbentuknya Organisasi Zionis Dunia, kini
menjadi lebih terorganisasi dengan tujuan yang jauh lebih jelas di masa
mendatang.
Pada awalnya, imigrasi warga Yahudi ke Palestina tidak menimbulkan masalah
di Palestina. Namun, dengan semakin banyaknya imigran Yahudi yang datang,
semakin banyak pula tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan permukiman. Konflik
dan sengketa perebutan tanah tak jarang terjadi antara kedua bangsa ini.
Semakin meningkatnya jumlah imigran Yahudi di Palestina ternyata juga
membuat Kekaisaran Ottoman khawatir. Namun, kekhawatiran mereka lebih didasari
fakta bahwa kebanyakan imigran Yahudi itu datang dari Rusia yang adalah musuh
utama Ottoman dalam perebutan kekuasaan di kawasan Balkan.
Ottoman khawatir para pendatang Yahudi dari Rusia ini akan menjadi
perpanjangan tangan negeri asalnya untuk melemahkan kekuasaan Ottoman di Timur
Tengah. Sehingga, kekerasan pertama yang menimpa para imigran Yahudi pada
1880-an di Palestina—khususnya yang dilakukan Turki Ottoman—adalah karena
mereka dianggap sebagai bangsa Rusia atau Eropa, bukan karena mereka adalah
Yahudi.
Langkah menentang imigran Yahudi pun dilakukan para penduduk lokal,
khususnya warga Arab. Mereka mulai memprotes akuisisi tanah oleh pendatang
Yahudi. Atas aksi protes ini akhirnya Kekaisaran Turki Ottoman menghentikan
penjualan tanah kepada para imigran dan orang asing. Meski demikian, pada 1914
jumlah warga Yahudi di Palestina sudah berjumlah 66.000 orang, separuhnya
adalah para pendatang baru.
Perang Dunia I pecah (1914-1918), Kekaisaran Ottoman Turki memilih
menjadi sekutu Jerman. Itu berarti, Ottoman Turki berseberangan dengan Inggris
dan Perancis yang juga menjadi musuh "alami" Jerman.
Situasi ini diamati dengan baik oleh kelompok Zionis yang semakin kuat
dan para pelopor pergerakan nasionalisme Arab. Kedua kelompok ini melihat
peluang untuk mendepak Ottoman Turki dari kawasan Timur Tengah sehingga kedua
kelompok ini pun memilih untuk memihak Inggris.
Di sela-sela perang, berbagai upaya diplomatik dilakukan baik oleh
kelompok Zionis maupun Arab demi kepentingan mereka masing-masing. Salah
satunya adalah korespondensi Pemimpin Mekkah Hussein bin Ali dengan Komisioner
Tinggi Inggris di Mesir, Sir Henry McMahon.
Inti dari surat-menyurat yang terjadi antara 1914-1915 itu adalah bangsa
Arab berjanji akan bersekutu dengan Inggris dan sebagai imbalan di saat perang
berakhir Inggris harus mengakui kemerdekaan negara-negara Arab.
Namun, kemudian terungkap bahwa Inggris dan Perancis menandatangani
perjanjian Sykes-Picot 1917 yang isinya adalah rencana kedua negara membagi
wilayah-wilayah yang dulunya adalah milik Turki Ottoman.
Gerilya diplomatik juga dilakukan kelompok Zionis. Pemimpin komunitas
Yahudi di Inggris, Baron Rothschild, membangun hubungan dengan Menteri Luar
Negeri Inggris Arthur James Balfour.
Kemudian Balfour membuat pernyataan pada 2 November 1917 yang dikenal
dengan "Deklarasi Balfour" yang isinya adalah Inggris akan mengupayakan
Palestina sebagai rumah bagi bangsa Yahudi, tetapi dengan jaminan tidak akan
mengganggu hak keagamaan dan sipil warga non-Yahudi di Palestina.
Dengan isi yang sedemikian mendukung pembentukan negara Yahudi yang
dicita-citakan kelompok Zionis, maka tak heran jika Deklarasi Balfour dianggap
sebagai batu penjuru terbentuknya negara Yahudi atau Israel saat ini.
Mandat Palestina
Deklarasi Balfour ini kemudian dimasukkan ke dalam Perjanjian Damai
Sevres pada 10 Agustus 1920 antara Ottoman Turki dan sekutu di pengujung Perang
Dunia I. Inti dari perjanjian ini adalah pembagian wilayah milik Kekaisaran
Turki Ottoman. Perjanjian ini sekaligus menandai keruntuhan Kekaisaran Ottoman
Turki.
Pembagian ini meliputi wilayah Mandat Perancis seperti Suriah dan
Lebanon. Sementara Irak dan Palestina berada di bawah Mandat Inggris. Inggris
menempatkan Faisal—putra pemimpin Mekkah Hussein bin Ali—sebagai Raja Irak.
Sedangkan Palestina dibagi dua. Sebelah timur menjadi Transjordania yang
diberikan kepada Abdullah—putra lain Hussein bin Ali. Sedangkan bagian barat
yang tetap dinamai Palestina berada langsung di bawah kendali Inggris.
Selama masa Mandat Palestina ini, imigrasi Yahudi ke Palestina bertumbuh
secara signifikan. Selain karena mendapat perlindungan Inggris, imigrasi Yahudi
ini didorong maraknya gerakan anti-Semit di Eropa, misalnya di Ukraina yang
mengakibatkan setidaknya 100.000 orang Yahudi tewas dibunuh pada 1905.
Antara 1919-1926 sedikitnya 90.000 imigran Yahudi tiba di Palestina,
mereka langsung menempati komunitas-komunitas Yahudi yang didirikan di atas
tanah yang telah dibeli secara legal oleh agen-agen Zionis dari para tuan tanah
Arab.
Tak jarang pembelian tanah ini menggusur para petani penggarap Arab.
Kondisi ini membuat warga Arab Palestina merasa disingkirkan. Situasi ini
ditambah keinginan menentukan nasib sendiri, semakin menumbuhkan gerakan
nasionalisme Palestina.
Selain itu, warga Arab Palestina menentang gelombang imigrasi Yahudi ini
karena mereka khawatir, semakin banyaknya warga Yahudi akan mengancam identitas
nasional mereka. Akibatnya, sepanjang dekade 1920-an, hubungan antara kelompok
Yahudi dan Arab di Palestina memanas dan bentrok kekerasan antara kedua kubu
semakin sering terjadi.
Kekalahan Kekaisaran Ottoman Turki dalam Perang Dunia I (1914-1918)
membuat wilayah kerajaan itu jatuh ke tangan Inggris dan Perancis. Salah satu
wilayah yang menjadi "tanggung jawab" Inggris adalah Mandat
Palestina. Di bawah Inggris—berdasarkan Deklarasi Balfour 1917—populasi imigran
Yahudi di Palestina terus bertambah.
Pada 1920, Ulama Utama Jerusalem Mohammad Amin al-Husayni (1897-1974)
menjadi pemimpin gerakan Palestina Arab dan memainkan peranan penting dalam
gerakan-gerakan awal menentang Deklarasi Balfour dan imigrasi masif Yahudi ke
Palestina.
Namun, kerusuhan besar pertama di wilayah Mandat Palestina terjadi pada
1-7 Mei 1921 yang dikenal dengan Kerusuhan Jaffa. Awalnya kerusuhan ini adalah
antardua kelompok Yahudi yang kemudian melebar hingga melibatkan kelompok
penduduk Arab.
Kerusuhan ini berawal saat Partai Komunis Yahudi pada 1 Mei 1921
mengajak bangsa Arab dan Yahudi untuk menggulingkan kekuasaan Inggris di
Palestina dan mendirikan sebuah negara Palestina yang berafiliasi dengan Uni
Soviet.
Partai menyampaikan niat ini dalam sebuah parade dari kota Jaffa ke Tel
Aviv saat merayakan Hari Buruh Sedunia atau May Day. Parade ini melintasi
sebuah perkampungan bernama Manshiyya yang berpenghuni campuran Arab dan
Yahudi.
Ternyata ada parade May Day lain yang dilakukan kelompok pesaing dari
Tel Aviv, Ahdut HaAvoda. Kelompok ini melakukan parade tanpa memberitahu
polisi. Saat kedua kelompok bertemu, bentrokan tak terelakkan.
Polisi berusaha memisahkan sekitar 50 orang pengunjuk rasa komunis.
Sementara warga Arab Kristen dan Islam ikut campur untuk membantu polisi
melawan orang Yahudi. Insiden ini dengan cepat menyebar ke bagian selatan kota.
Warga Arab di Jaffa mengira terjadi pemukulan terhadap
saudara-saudaranya sambil membawa berbagai senjata menyerang permukiman Yahudi.
Selanjutnya kerusuhan berlanjut selama beberapa hari di beberapa kota, seperti
Rehovot, Kfar Sava, Petah Tikva, dan Hadera.
Kerusuhan itu berakhir pada 7 Mei 1921 dan mengakibatkan 47 orang Yahudi
serta 48 orang Arab tewas. Selain itu, 146 orang Yahudi dan 73 Arab terluka.
Ribuan warga Yahudi Jaffa akhirnya meninggalkan kota itu dan mencari
perlindungan di Tel Aviv yang pada saat itu masih didominasi tenda dan
rumah-rumah sementara di tepi pantai.
Salah satu akibat dari kerusuhan Jaffa ini adalah pembentukan
Haganah—pasukan para militer Yahudi. Haganah inilah yang menjadi cikal bakal
angkatan bersenjata Israel kelak.
Kerusuhan Palestina 1929
Insiden
ini terjadi pada akhir Agustus 1929, akibat dari perebutan Tembok Barat
Jerusalem antara kelompok Arab dan Yahudi yang meningkat menjadi aksi
kekerasan.Dalam kerusuhan yang terjadi pada 23-29 Agustus 1929 itu, sebanyak
133 warga Yahudi dan 110 warga Arab tewas serta lebih dari 600 orang dari kedua
kubu terluka. Seusai kerusuhan, Pemerintah Mandat Palestina mengajukan para
tersangka provokator ke meja hijau.
Dari hasil sidang itu, 26 warga Arab dan dua warga Yahudi terbukti
membunuh dan dijatuhi hukuman mati. Hukuman denda juga dijatuhkan secara
kolektif kepada warga Arab di Hebron, Safed, dan sejumlah desa. Denda yang
terkumpul kemudian diberikan kepada para korban kerusuhan.
Kerusuhan ini kemudian diselidiki sebuah komisi investigasi yang
dibentuk Pemerintah Inggris. Hasilnya, komisi investigasi menyarankan agar
Pemerintah Inggris meninjau ulang kebijakan imigrasi dan penjualan tanah kepada
bangsa Yahudi.
Setelah kerusuhan 1929, situasi politik di Mandat Palestina, meski tidak
mendingin, tetapi relatif terkendali. Hingga pecahlah Revolusi Arab (1936-1939)
di Palestina yang bertujuan menentang kekuasaan Inggris dan mencegah imigrasi
Yahudi yang kembali masif.
Revolusi itu sendiri berakhir dengan kegagalan dan korban jiwa yang besar.
Akibat revolusi tiga tahun itu, 300 orang Yahudi, 5.000 warga Arab, dan 262
polisi Inggris tewas. Selain itu, lebih dari 15.000 orang luka-luka. Meski
gagal, revolusi ini memberi dampak signifikan bagi warga Yahudi, Arab, dan
penguasa Inggris.
Konflik terbesar dalam sejarah Mandat Palestina adalah apa yang disebut
dengan Revolusi Arab (1936-1939). Revolusi ini dipimpin Imam Besar Jerusalem
Mohammad Amin al-Husayni.
Konflik ini diawali terbunuhnya seorang ulama asal Suriah, Izz al-Din
al-Qassam, pada November 1935. Al-Qassam memang dikenal sebagai seorang ulama
yang anti-Inggris dan anti-Zionisme. Dia merekrut para petani dan memberi
mereka latihan militer.
Pada November 1935, dua anak buah al-Qassam terlibat bentrok dengan
polisi Inggris dan menewaskan seorang polisi. Akibatnya, polisi memburu dan
menewaskan Al-Qassam di sebuah gua dekat Ya'bad, Tepi Barat. Kematian ini
dengan cepat menyulut kemarahan warga Arab di Palestina.
Faktor lain pemicu Revolusi Arab adalah penemuan kiriman senjata dalam
jumlah besar di pelabuhan Jaffa yang ditujukan untuk Haganah, pasukan
paramiliter Yahudi. Fakta ini memunculkan ketakutan bahwa Yahudi akan mengambil
alih Palestina semakin meningkat.
Pada 1935, angka imigrasi Yahudi ke Palestina juga meningkat, hanya
beberapa bulan sebelum Revolusi Arab Pecah. Antara 1933-1936 lebih dari 164.000
imigran Yahudi tiba di Palestina. Pada 1936, populasi warga Yahudi mencapai
370.000 orang membuat hubungan antara warga Arab dan Yahudi semakin panas.
Revolusi Arab benar-benar dimulai pada 15 April 1936, ketika konvoi truk
dari Nablus menuju Tulkarm diserang dan menewaskan dua warga Yahudi. Sehari
setelah serangan itu, kelompok bersenjata Yahudi balas menyerang dan membunuh
dua pekerja Arab di dekat Petah Tikva. Aksi saling balas terus meluas dan
sejumlah jenderal Arab menyatakan perang.
Pemerintah Inggris akhirnya harus turun tangan untuk mengatasi keadaan.
Pasukan Inggris di Palestina mendapat bantuan dari Haganah akhirnya bisa
mengakhiri Revolusi Arab pada 1939. Akibat revolusi ini, 5.000 warga Arab,
lebih dari 300 warga Yahudi, dan 262 tentara Inggris tewas. Selain itu,
sedikitnya 15.000 warga Arab terluka.
Imam Besar Amin al-Husayni yang menjadi pemimpin revolusi berhasil
mendapatkan suaka di Lebanon, Irak, Italia, dan akhirnya Nazi Jerman.
Dampak Revolusi Arab
Apa dampak Revolusi Arab yang gagal
ini dalam perkembangan Palestina?
Selama upaya dan seusai memadamkan Revolusi Arab, Inggris menggelar
sejumlah investigasi soal penyebab pertumpahan darah selama tiga tahun itu. Salah
satu hasil penyelidikan yang cukup signifikan adalah Komisi Peel (1936-1937).
Komisi ini adalah yang pertama kali mengajukan solusi dua negara. Komisi ini
mengusulkan agar Palestina dibagi dua, satu bagian untuk bangsa Yahudi dan satu
bagian lainnya diberikan bagi bangsa Arab.
Negara Yahudi, sesuai rekomendasi komisi, meliputi kawasan pantai,
Lembah Jezreel, Beit She'an, dan Galilea. Sementara Negara Arab akan meliputi
Transjordania, Yudea, Samaria, Lembah Jordania, dan Negev.
Para pemimpin Yahudi di Palestina terbelah pendapatnya menanggapi
rekomendasi ini. Sementara para pemimpin Arab dengan tegas menolak usulan
solusi dua negara ini.
Pada Mei 1939—beberapa bulan sebelum Perang Dunia II pecah—Inggris
kembali mencoba memberikan solusi di tanah Palestina. Kali ini adalah solusi
satu negara Palestina. Di mana dalam jangka pendek Pemerintah Inggris akan
menentukan kuota jumlah imigran Yahudi yang bisa memasuki Palestina. Di masa
depan, jumlah kuota ini akan ditentukan pemimpin Arab.
Selain kuota, Inggris juga melarang imigran Yahudi membeli tanah dari
warga Arab demi mencegah gesekan sosial antara kedua kubu. Aturan-aturan ini
berlaku hingga masa mandat Inggris di Palestina berakhir yang hampir bersamaan
dengan pecahnya Perang Dunia II.
Perang Dunia II yang diikuti holocaust alias pemusnahan massal bangsa
Yahudi di Eropa membuat semakin banyak bangsa Yahudi yang mencoba meninggalkan
Eropa. Akibatnya, para pemimpin Yahudi di Palestina merancang imigrasi ilegal
ke Palestina yang menciptakan ketegangan lebih besar di kawasan tersebut.
Status Inggris yang pernah menjadi 'harapan' bangsa Yahudi saat
menerbitkan Deklarasi Balfour 1917 seketika berubah. Berbagai kelompok
bersenjata Yahudi seperti Haganah, Irgun dan Lehi yang awalnya bersaing kini
bersatu dengan tujuan sama yaitu mendongkel kekuasaan Inggris di Mandat
Palestina.
Kelompok-kelompok bersenjata ini tak jarang melakukan aksi terorisme
seperti pembunuhan dan penculikan para petinggi Inggris hingga meledakkan
kereta api milik Inggris. Salah satu insiden yang patut dicatat adalah
pembunuhan Menteri Negara Urusan Timur Tengah, Lord Moyne pada 6 November 1944
di Kairo, Mesir, oleh dua anggota gerakan bawah tanah Yahudi, Eliyahu Bet-Zuri
dan Eliyahu Hakim.
Lord Moyne dikenal sebagai salah seorang pejabat Inggris yang sangat anti-Zionis
dan sangat memegang teguh aturan pembatasan imigrasi Yahudi ke Palestina
seperti diatur dalam dokumen White Paper 1939.
Namun, pembunuhan Lord Moyne itu tidak mengubah kebijakan Inggris di
Palestina. Justru, aksi itu malah berdampak buruk bagi gerakan Zionisme. Sebab,
Lord Moyne adalah sahabat dekat Perdana Menteri Inggris saat itu Winston
Churchill. Akibatnya, Churchill mempertimbangkan kembali dukungan Inggris
terhadap Zionisme. Sementara itu, Inggris berhasil menangkap kedua pembunuh Lord
Moyne dan keduanya dihukum gantung pada 1945.
Mandat Inggris Berakhir
Sementara itu, di Eropa, Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan
Jerman. Salah satu dampaknya adalah masih terdapat 250.000 orang Yahudi
tersebar di berbagai kamp konsentrasi milik Jerman. Dan, para pemimpin Zionis
ingin membawa rekan-rekan sebangsanya itu ke Palestina. Masalahnya, Inggris
masih membatasi imigrasi Yahudi ke Palestina sesuai mandat White Paper 1939.
Situasi ini membuat perlawanan kelompok-kelompok bersenjata Yahudi di
Palestina semakin keras dan semakin menebar teror. Mereka mengebom kereta api,
stasiun kereta api bahkan markas militer Inggris di Hotel King David di
Jerusalem pada 22 Juli 1946. Aksi teror yang dilakukan kelompok sayap kanan
Zionis, Irgun ini menewaskan 91 orang dan 46 orang lainnya terluka.
Kondisi yang semakin buruk di Mandat Palestina ini menjadi berita utama
berbagai koran di Inggris. Akibatnya, para politisi mendesak pemerintah Inggris
untuk segera mengatasi konflik di Palestina untuk menyelamatkan nyawa warga dan
pasukan Inggris di Palestina.
Desakan terhadap Inggris juga datang dari Amerika Serikat dan sejumlah
negara yang meminta Inggris segera membuka keran imigrasi Yahudi yang selama
ini ditutup. Berbagai investigasi pun digelar untuk memastikan kondisi
sebenarnya di Palestina. Akhirnya sebuah Komite Gabungan Inggris-AS bentukan
PBB pada 20 April 1946 merekomendasikan imigrasi 100.000 orang Yahudi bisa
dilakukan sesegera mungkin ke Palestina.
Rekomendasi ini ditolak para pemimpin Arab dan Inggris segera menyadari
mereka tak mampu lagi mengatasi keadaan di Palestina. Akhirnya Inggris
mengembalikan mandat mengelola Palestina yang mereka pegang sejak 1920 kepada
PBB terhitung 14 Mei 1948. Inilah yang kemudian berujung pada berdirinya Negara
Israel.
Aksi kekerasan yang terus terjadi di Palestina berujung pembentukan
Komite Investigasi Anglo-Amerika pada 1946. Pembentukan komite ini diharapkan
bisa menyelesaikan berbagai masalah, khususnya terkait imigrasi Yahudi ke
Palestina.
Komite ini kemudian menyetujui rekomendasi AS terkait pemindahan segera
100.000 pengungsi Yahudi di Eropa ke Palestina. Komisi ini juga
merekomendasikan tak ada negara Arab atau Yahudi di Palestina. Namun,
implementasi rekomendasi ini ternyata tak semudah yang dibayangkan. Bahkan,
Presiden AS Harry S Truman membuat Partai Buruh Inggris berang karena
dukungannya terhadap imigrasi 100.000 pengungsi Yahudi, tetapi menolak temuan
komite lainnya. Kondisi inilah yang membuat Inggris mengumumkan niatnya menyerahkan
Mandat Palestina ke tangan PBB.
Akibat niat Inggris ini, PBB membentuk Komite Khusus untuk Palestina
(UNSCOP) pada 15 Mei 1947. UNSCOP yang terdiri dari 11 negara ini melakukan
sidang dan kunjungan ke Palestina untuk melakukan investigasi. Pada 31 Agustus
1947, UNSCOP memaparkan laporannya.
Dalam salah satu bagian laporannya, UNSCOP merekomendasikan kepada
Sidang Umum PBB sebuah skema pembagian wilayah Palestina dalam masa transisi
selama dua tahun yang dimulai pada 1 September 1947.
Pembagian itu terdiri atas negara Arab merdeka (11.000 km persegi),
negara Yahudi (15.000 km persegi). Sementara kota Jerusalem dan Betlehem akan
berada di bawah kendali PBB. Usulan ini tidak memuaskan kelompok Yahudi maupun
Arab. Bangsa Yahudi kecewa karena kehilangan Jerusalem. Namun, kelompok Yahudi
moderat menerima tawaran ini dan hanya kelompok-kelompok Yahudi radikal yang
menolak. Sementara itu, kelompok Arab khawatir pembagian ini akan mengganggu
hak-hak warga mayoritas Arab di Palestina.
Dalam pertemuan di Kairo, Mesir, pada November dan Desember 1947, Liga
Arab mengeluarkan resolusi yang menyetujui solusi militer untuk mengakhiri
masalah ini. Dalam kenyataannya, sejumlah negara Arab memiliki agenda
tersendiri. Jordania ingin menguasai Tepi Barat, sementara Suriah menginginkan
bagian utara Palestina, termasuk wilayah yang diperuntukkan bagi Yahudi dan
Arab.
Berdirinya Israel
Lalu bagaimana dengan Inggris? Meski menerima usulan pembagian ini,
Inggris enggan menerapkannya di lapangan karena jelas-jelas tidak diterima
kedua pihak. Inggris juga enggan memerintah Palestina bersama PBB di masa
transisi. Pada September 1947, Inggris mengumumkan kekuasaan mereka di Mandat
Palestina akan berakhir pada 14 Mei 1948 tengah malam.
Sebagai respons pernyataan Inggris ini, Presiden AS Harry Truman
mengajukan proposal baru yang membatalkan rencana pembagian Palestina. Dalam
proposal itu, AS mengusulkan PBB langsung memerintah Palestina. Kekacauan tak
terelakkan yang mengakibatkan korban jiwa berjatuhan di mana-mana. Hingga akhir
Maret 1948, setidaknya 2.000 orang meninggal dunia dan 4.000 orang terluka. Pada
14 Mei 1948, atau sehari sebelum Mandat Inggris di Palestina berakhir, Ketua
Yishuv (Komunitas Yahudi di Palestina), David Ben Gurion, di hadapan 250 orang
undangan di Museum Tel Aviv, mendeklarasikan berdirinya negara Israel.
Dalam deklarasi itu, Ben Gurion sama sekali tidak menyebutkan
batas-batas negara Israel. Sejumlah catatan menyebut, para pendiri Israel
sepakat tidak menyebutkan batas negara itu karena negara-negara Arab di sekitar
Israel pasti tidak akan menyetujuinya.
Beberapa hari setelah deklarasi
berdirinya negara Israel, sebanyak 700 orang Lebanon, 1.876 orang Suriah, 4.000
orang Irak, dan 2.800 orang Mesir menyerbu Palestina.
Sementara itu, sekitar 4.500 pasukan Transjordania dipimpin 38
perwira Inggris yang mengundurkan diri dari kesatuannya menyerbu Jerusalem.
Perang Arab-Israel pertama.
4 . PERANG TERDAHSYAT ( AL-MALHAMAH –
AL KUBRA , AL-MAJIDUN, ARMAGEDDON )
Gejolak perang yang terjadi di dunia menimbulkan keprihatinan yang
mendalam. Sebagian besar negara yang berkonflik ini adalah negara mayoritas
muslim karena permasalahan agama berkepanjangan.
Jika dunia mengklaim sudah terjadi perang dunia pertama dan kedua, maka
masih ada perang yang lebih dasyat yang akan dialami umat berdasarkan nubuat
akhir zaman. Yang menarik adalah beberapa negara yang berperang saat ini
disebut-sebut dalam nubuat (ramalan) tersebut.
Perang ini akan menandai kemunculan Dajjal, sosok eskatologi
Islam yang dilaknat Allah dan akan muncul pada akhir zaman. Berdasarkan hadist
Nabi Muhammad SAW, Akhir dari perang tersebut menjadi awal dari kehidupan
manusia yang kekal, yakni kiamat. Apa saja perang tersebut? Berikut ringkasannya.
Urutan perang ini lengkap dijelaskan dalam Hadist Nabi Muhammad SAW.
Nantinya pada akhir zaman manusia akan mengalami dua perang besar yakni perang
al-Malhamah kubra dan perang perang Armageddon. Dua perang ini akan terjadi
beruntung yang puncaknya adalah kemunculan Dajjal.
1. Al-Malhamah Kubra
Perang al-Malhamah kubra merupakan perang besar pertama yang terjadi
setelah peperangan beruntun yang terjadi sebelumnya. Pada perang ini pasukan
kaum muslim akan melawan kaum Rum. Namun sebelum menakhlukan Ruum kaum muslim
akan memerangi jazirah Arab dan Persia. Kejayaan persia pada masa lalu memang
tinggal sejarah namun kini berubah nama menjadi Iran.
“Kalian akan perangi jazirah Arab
sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian (kalian perangi) Persia sehingga
Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Ruum sehingga Allah
menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Dajjal sehingga Allah
menangkan kalian atasnya.” (HR Muslim).
Dalam hadist lain Rasulullah SAW juga bercerita tentang bagaimana
kehancuran ini terjadi. Bahwa perang Al-malmah kubra akan terjadi sebelum
pembukaan kota Konstantinopel atau Turki saat ini, setelah Konstantinopel maka
akan keluar Dajjal yang menjadi awal perang kedua yang lebih dasyat.
“Makmurnya Baitul Maqdis adalah tanda
kehancuran kota Madinah, hancurnya kota Madinah adalah tanda terjadinya
peperangan besar (Al-malmah kubra), terjadinya peperangan besar adalah tanda
dari pembukaan kota Konstantinopel, & pembukaan kota Konstantinopel adalah
tanda keluarnya Dajjal. Kemudian beliau menepuk-nepuk paha orang yg beliau
ceritakan tentang hadits tersebut, atau dalam riwayat lain, 'pundaknya'.
Kemudian bersabda: Semua ini adalah sesuatu yg benar, sebagaimana engkau
-Mu'adz bin Jabal- sekarang berada di sini adalah sesuatu yg benar”. (HR. Abu
Daud)
Lantas siapakah kaum Ruum yang dimaksud? Adapun Ruum yang dimaksud dalam
hadist adalah Romawi timur yang pusat pemerintahannya dahulu berada di
konstantinopel. Dahulu setelah Romawi Timur runtuh pusat pemerintahan berpindah
ke Tsar Rusia. Tsar adalah asal kata dari kaisar yang mengadopsi sistem
kekaisaran romawi Timur. Di dalam wikipedia dijelaskan Setelah kota
konstantinopel direbut oleh kaum muslimin maka kekaisaran Byzantine beralih ke
Rusia. Peran kaisar sebagai pelindung Ortodoks timur diklaim oleh Ivan III, Adi
Pati Agung Mokswa. Ia telah menikah Saudara Andreas , Shopia Paleologue.
Cucunya Ivan IV akan menjadi Tsar Rusia yang pertama. Tsar adalah istilah dulu
yang digunakan bangsa Slavia untuk kekaisaran Byzantine.
Penerus-penerus mereka
mendukung gagasan bahwa moskwa adalah penerus kekaisaran Byzantine yang
berpusat di Konstantinopel. Gagasan Kekaisaran Rusia adalah sebagai
kekaisaran Rum itu tetap hidup hiingga meletusnya revolusi Rusia tahun 1917
M. Setelah berdirinya Uni soviet kekaisaran Rum runtuh dan digantikan dengan
sistem komunis, akan tetapi setelah uni Soviet runtuh kekaisaran Rum
dilanjutkan kembali oleh negara Rusia modern sekarang ini.
Maka jelas bahwa Rum yang dijelaskan dalam hadist ini adalah Rusia saat
ini. Saat ini sikap Rusia adalah sebagai penentang zionis Dajjal namun mereka
masih bersekutu dengan Iran. Namun pada masa Al Mahdi nanti, Rusia akan
meninggalkan sekutunya dan berdamai dengan kaum muslim, sedangkan Iran akan
bersekutu dengan zionis Dajjal.
“Kamu akan berdamai dengan Rum dalam
keadaan aman, kemudian kamu dan mereka akan memerangi suatu musuh. Dan kamu
akan mendapatkan kemenangan serta harta rampasan perang dengan selamat.
Kemudian kamu berangkat sehingga sampai ke sebuah padang rumput yang luas dan
berbukit-bukit. Maka seorang laki-laki dari kaum salib mengangkat tanda salib
seraya berkata, ‘Salib telah menang’. Maka marahlah seorang laki-laki dari kaum
Muslimin kepadanya, lalu ia mendorongnya dan jatuh (meninggal). Pada waktu itu
orang-orang Rum berkhianat, dan mereka berkumpul untuk memerangi kamu di bawah
80 bendera, dimana tiap-tiap bendera terdapat 12 ribu tentara.”(HR. Ahmad, Abu
Dawud, dan Ibnu Majah). Sementara itu tentang perdamaian dengan Rum pada masa
al-Mahdi dijelaskan oleh Imam as Sayuti, Abu Nua’im meriwayatkan dari Abi
Umamah katanya, Rasulullah SAW bersabda,
“Di antara kamu dan orang-orang Rum
akan berlaku 4 kali perdamaian. Pada kali keempatnya berlaku di tangan
salah seorang daripada keluarga Hiraqlu. Perjanjian itu berterusan selama
7 tahun”. Ada seorang sahabat bertanya Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah!
Siapakah Imam orang ramai (orang Islam) pada hari itu?” Rasulullah SAW
menjawab, “Al Mahdi daripada anak cucuku. Dia berumur 40 tahun, mukanya bagai
bintang yang bersinar-sinar, di pipi sebelah kanannya terdapat tahi lalat
hitam, dia memakai dua jubah Qatwaniyyah bagaikan pemuda Bani Israel. Dia
mengeluarkan gedung-gedung dan menaklukan negeri-negeri syirik”.
Berdasarkan Hadist Riwayat Abu Daud, nantinya perang al-malhamah kubra
akan berpusat di Syam yang kini berubah nama menjadi Suriah. Seperti diketahui
di Suriah kini sedang terjadi perang besar yang menyebabkan banyak kaum muslim
mengungsi ke berbagai negara dan menderita berkepanjangan.
“Sungguh Rum benar-benar akan
memasuki Syam (Suriah) selama empat puluh hari tidak ada yang selamat selain
Damaskus dan Amman” (HR Abu Daud)
Setelah Rum di taklukkan kemudian
kaum muslimin menaklukkan Turki tanpa peperangan. Setelah Turki ditaklukkan
maka keluarlah Dajjal.
2. Perang Armageddon
Setelah berhasil memenangkan perang al-Malhamah kubra maka ini
menjadi awal peperangan puncak yakni melawan laknatullah Dajjal. Perang besar
ini disebut dengan perang Armageddon yang berpusat di bukit Mageddon, Palestina.
Perang ini dalam hadist Rasulullah disebut juga dengan perang Gog Magog (Ya’juj
dan Majuj).
Sebenarnya istilah Armageddon berasal dari bahasa Yunani dan oleh
kalangan orang Barat sebagai dalam pembahasan tentang hari akhir dunia.
Sementara dalam beberapa manuskrip yang tersimpan di Timur Tengah, Islam
menyebutnya dengan istilah al-Majidun ‘kemuliaan’ yaitu “Perang
Kemuliaan”.
Perang maha dasayat ini berjalan dalam jangka waktu yang panjang.
Sehingga menyeret seluruh negara di dunia. Nantinya dunia akan terbagi menjadi
dua poros yakni kaum muslim yang dipimpin oleh Al Mahdi dan kaum kafir yang
dipimpin Dajjal.
Lalu di tengah huru hara yang tercipta Allah SWT menurunkan pertolongan
yakni di kedatangan Isa Almasih Putra Maryam. Isa akan turun di menara
putih di timur Damaskus ketika menjelang fajar. Kemudian Isa masuk ke markas
kaum muslimin dan ikut dalam barisan shalat subuh. Setelah itu ia bersama
Al-Mahdi akan memimpin kaum muslimin menyerbu seluruh markas kaum kafir, bahkan
berhasil membunuh Dajjal dan seluruh orang kafir. Hal ini dijelaskan
dalam Zakharia (89/13).
“Bahawa sebahagian besar bangsa Yahudi akan mati dalam perang Armageddon
dan dua pertiga dari mereka akan musnah. Sedangkan dalam kitab Zagiyal (12/39)
disebutkan : ”Akan berlangsung tujuh bulan sehingga rumah Israel berhasil
mengubur mereka (orang-orang mereka yang terbunuh) sebelum membersihkan bumi”.
PENUTUPAN
Berdasarkan pemaparan
singkat di atas, tampak jelas bahwa kunci penyelesaian konflik Israel-Palestina
sesungguhnya terletak pada kedua belah pihak yang bertikai. Penyelesaian
konflik Israel Palestina akan sulit tercapai manakala pihak-pihak yang terlibat
konflik tidak mentaati kesepakatan yang telah diambil. Pada aspek politik,
langkah bijak yang tentunya dapat dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai
persoalan dari kedua belah pihak untuk mendapatkan kerja sama dengan
kepentingan yang sama dari masing-masing kebijakan politik keduanya. Sementara
pada aspek teologis, dialog merupakan langkah yang tepat dalam menyelesaikan
persoalan keduanya. Selain itu, aspek teologis agaknya tidak terlalu dominan
mewarnai konflik, mengingat dalam sejarahnya hubungan teologis tiga agama besar
pernah terjalin harmonis tanpa sentuhan “tangan-tangan politik”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar