Laman

Minggu, 29 November 2015

palestina negeri 3 agama syamawi

BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Negeri Palestina adalah tanah yang selalu menjadi perebutan bangsa-bangsa adidaya bahkan sebelum kelahiran para Rasul. Wilayah ini dianggap sebagai tempat kelahiran sebagian besar Nabi dan Rasul. Barangkali karena keistimewaan itulah, tanah "yang diberkati" itu sering diperebutkan. Palestina sudah dihuni manusia sejak zaman Batu klasik (500 ribu-14 ribu SM). Bahkan kala itu sudah terbangun peradaban An-Nathufiyyah yang dinisbatkan kepada kawasan gua An-Nathuf di utara Yerusalem, tempat tinggal mereka.
Konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel merupakan salah satu sengketa yang cukup panjang apabila kita menghitung waktu maupun upaya yang telah dilakukan untuk menyelesaikan sengketa ini, yang belakangan ini kembali memanas cukup menarik perhatian kita. Hal ini jelas memicu kembali ketegangan tidak hanya di kalangan negara-negara Timur.
Tengah tetapi juga ikut menarik perhatian dari dunia. Dalam konflik antara Israel dan Palestina telah beberapa kali dilakukan perjanjian untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara kedua pihak yang sama-sama menyatakan dirinya sebagai negara merdeka dan berhak atas wilayah yang menjadi pokok sengketa antara kedua pihak.
Meski telah berkali-kali dilakukan upaya perdamaian sampai pada tingkat perjanjian Internasional yang telah dilakukan  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga menghasilkan pembagian wilayah untuk kedua masing-masing pihak yakni Israel dan Palestina, tetapi pada kenyataannya tidak mampu secara langsung menyelesaikan permasalahan antara Israel dan Palestina. Palestina dengan pasukan intifadanya dan Israel dengan kekuatan bersenjata yang cukup kuat tetap saling menyerang dan
bertahan satu sama lain. Sementara solusi riil untuk menyelesaikan sengketa mencapai pedamaian dunia tidak juga mampu menyelesaikan permasalah antar kedua bangsa. Ditinjau dari segi pertanggung.
Jawaban atas perjanjian internasional yang telah dilanggar berkali-kali tentu harus dicermati kembali masalah yang mendasari.
B. RUMUSAN MASALAH
1.       Kenapa palestina menjadi penting bagi penganut tiga agama syamawi ( Islam,Kristen,Yahudi )?
2.       Apa kaitannya dengan perang salib, akhir zionisme, perang dunia 1 dan 2dan perang paling mengerikan ( Al-MALHAMAH KUBRA,AL-MAJIDUN,AL-MAGEDDON)

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENTINGNYA PALESTINA BAGI 3 AGAMA SYAMAWI
1.      Sejarah Palestina
     Sebagaimana yang tertulis di dalam sejarah, negeri Palestina adalah tanah yang selalu menjadi perebutan bangsa-bangsa adidaya bahkan sebelum kelahiran para Rasul.
     Sejarah Palestina memang menarik. Wilayah ini dianggap sebagai tempat kelahiran sebagian besar Nabi dan Rasul. Barangkali karena keistimewaan itulah, tanah "yang diberkati" itu sering diperebutkan.

   Kajian arkeologi, Palestina sudah dihuni manusia sejak zaman Batu klasik (500 ribu-14 ribu SM). Bahkan kala itu sudah terbangun peradaban An-Nathufiyyah yang dinisbatkan kepada kawasan gua An-Nathuf di utara Yerusalem, tempat tinggal mereka.

   Pada zaman batu modern (8000-4.500 SM), kehidupan manusia di Palestina semakin stabil dan telah memproduksi bahan makanan. Jericho (Ariihaa), yang mengindikasikan adanya kehidupan yang stabil kala itu, dianggap sebagai kota tertua di dunia yang dibangun sekitar tahun 8000 SM.

   Beberapa peninggalan peradaban juga ditemukan di wilayah Beer Sheba, yang terletak di pegunungan Hebron (Alkhalil) dan Laut mati serta pesisir Al-Khudiera, yang diperkirakan dari zaman batu perunggu (4.500-3.300 SM). Periode setelah itu (3.200-2000 SM) disebut zaman perunggu kuno, yang ditandai dengan munculnya beberapa kota berbenteng di wilayah perbukitan, terutama di Palestina tengah dan utara. Beberapa kota penting kala itu antara lain, Bashan, Mejideo, Al-Faola, Ras Al Nakoura dan Tal Farei'a di sebelah utara Nablus.

    Awal kurun 3000 tahun SM tersebut juga ditandai munculnya beberapa kekaisaran purba sebelah timur, bersamaan dengan lahirnya budaya tulis - yang mengawali penulisan sejarah. Periode tersebut sekaligus menandai dimulainya zaman bersejarah di Palestina.

    Pada pertengahan periode itu (2500 SM) pula bangsa Amonites, Kan'an, Yabous dan Phoenisi diperkirakan berimigrasi dari jazirah Arab ke Palestina. Bangsa Kan'an menduduki pesisir selatan, Phoenis di pesisir utara (sekitar Lebanon), Ammonites di dataran tinggi dan pegunungan. Sedangkan bangsa Yabousi mendiami sekaligus membangun wilayah Al Quds menjadi sebuah kota yang mereka namakan Yabous - belakangan berubah menjadi Ursyalem (tanah Tuhan) dan akhirnya menjadi Yerusalem.

   Kala itu jumlah bangsa kan'an yang berimigrasi sangat besar, sehingga mendominasi Palestina. Bahkan kemudian tanah Kan'an menjadi nama paling awal, tertua, bagi Palestina. Bangsa itu pula yang membangun ratusan kota di Palestina - seperti Jericho, Al Quds, Sechem (Nablus), Hebron, dan Bethlehem - ratusan tahun sebelum kedatangan bangsa Yahudi.

   Pada akhir periode itu (1900 SM) pula, Nabi Ibrahim as diperkirakan datang ke Plestina beserta adik sepupunya yaitu Nabi Luth as, disertai puluhan pengikut mereka. Di Palestina pula lahir Nabi Ismail, Ishak, dan Ya'kub atau Israil. Kemudian datang masa perunggu pertengahan, ditandai pemerintahan Hyksos (1800-1600 SM), disusul zaman perunggu terakhir (1550-1200 SM) ketika kekuasaan Hyksos runtuh gara-gara penjajahan Mesir atas Palestina.

   Dari bukti-bukti sejarah juga diyakini, Nabi Musa as memimpin eksodus bani Israel dari Mesir ke Palestina pada pertengahan terakhir abad ke-13 SM, atau di akhir zaman perunggu terakhir. Imigrasi itu sekaligus menjadi periode masuknya bangsa Yahudi ke Palestina.

    Periode selanjutnya disebut zaman besi (1200-330 SM), ketika Palestina kedatangan para imigran dari berbagai wilayah. Yang paling besar adalah imigrasi "bangsa-bangsa pelaut" dari wilayah asia barat dan pulau-pulau di laut Aegea, seperti pulau kreta dsb. Awalnya bangsa-bangsa imigran itu bermaksud menyerang wilayah Mesir. Namun mereka dikalahkan oleh Fir'aun Ramses ||| dari Mesir dalam pertempuran di Blouziun, dekat pelabuhan Bur Said, kemudian diasingkan ke bagian selatan Palestina.

   Dari inskripsi, para arkeolog menemukan ukiran huruf-huruf PLST, yang mengungkapkan bahwa orang-orang buangan di selatan Palestina itulah yang pertama kali disebut palestian atau palestin. Mereka sempat mendirikan lima kerajaan kota, yani Gaza, Ashdod, Jet, Aqroun, dan Ashkelon, yang pada awalnya milik bangsa kan'an kuno. Mereka juga mendirikan dua kota baru, Lod dan Saklash, dan menguasai pesisir yang tersisa hingga gunung Karmel.

    Dengan cepat orang-orang palestin berbaur dengan bangsa Kan'an, mengunakan bahasa Kan'an dan menyembah tuhan-tuhan mereka seperti Dajoun, B'al, dan Ashtar. Belakangan wilayah itu dikenal dengan mengacu nama mereka, Palestina. Dalam perjalanan sejarah, mereka sempat mendirikan kerajaan yang kemudian dalam pemerintahan Jaluth atau Goliath direbut oleh raja Thaluth dan panglimanya Daud, dari bani Israel. Setelah Thaluth meninggal, digantikan oleh menantunya, Daud, sebagai Raja yang juga Nabi. Sesudah Daud wafat, Sulaiman, putranya, menggantikannya sebagai Raja.

    Sepeninggal Sulaiman (953 SM) yang juga seorang Nabi itu, kerajaan yang besar tersebut terbagi dua, kerajaan Israel (923-722 SM) dan kerajaan Yahuda (923-586 SM), masing-masing menguasai sebagian kecil wilayah Palestina. Sejak 730 SM, sebagian besar wilayah Palestina jatuh ke tangan penguasa baru, bangsa Asyiria dari Irak, hingga 645 SM. Setelah itu Palestina diambil alih bangsa Babylonia sampai 539 SM. Kemudian Persia merebut Palestina, dan memerintah di sana pada 539-332 SM.

   Lepas dari cengkeraman Persia, Palestina dikuasai oleh raja Ptolemaik dari Yunani hingga 198 SM. Sejak itu Palestina memasuki zaman Helenesia Yunani. Setelah itu raja Seleusias bertahta hingga 64 SM. Tapi kekuasaan Yunani berakhir setelah bangsa Romawi menyerbu dan menguasai Palestina hingga ratusan tahun. Meski beberapa puluh tahun kemudian kerajaan Romawi pecah, Palestina tetap berada di bawah naungan kekaisaran Romawi timur (dengan ibu kota Konstantinopel), hingga dibebaskan oleh pasukan muslim pada masa khalifah Umar bin Khattab.

    Palestina memang tanah yang istimewa, karena disanalah lahir sebagian besar nabi dan rasul. Adalah Nabi Ibrahim as, Nabi pertama yang hidup dan wafat di Palestina. Ia adalah leluhur para Nabi melalui jalur nabi Ismail as, yang melahirkan suku-suku Arab terkemuka, termasuk Quraisy; dan melalui nabi Ishak dan putranya, Ya'kub, yang melahirkan bani Israil. Ibrahim yang berasal dari Uur, Irak, dikenal sebagai "bapak agama tauhid". Ia sempat mengajak raja Namrudz bertauhid dan menghancurkan berhala-berhalanya. Gara-gara itu, Namrudz berusaha membakarnya. Tetapi Allah SWT mendinginkan api sehingga nabi Ibrahim as selamat.

    Setelah itu beliau hijrah bersama kemenakannya, Luth, dan para pengikutnya, mula-mula ke Hurran (Al Raha) di sebelah selatan Turki atau utara Syuriah sekarang. Dari sana beliau hijrah lagi ke Pelestina, dan bermukim di sechen dekat Nablus. Tapi tak lama kemudian ia dan pengikutnya pindah ke Ramallah dan Qud, lalu pergi ke Mesir - diperkirakan bertepatan dengan zaman pemerintahan Fir'aun XI atau XII. Setelah itu beliau kembali ke Palestina membawa Hajar, istrinya, konon hadiah atau putri dari salah seorang penguasa Mesir kala itu.

   Ketika melewati Ghaza, beliau bertemu dengan pangeran Ghaza, Abu malek, lalu meneruskan perjalanan ke Palestina, dan selanjutnya bermukim di pegunungan Al Quds dan Hebron, sementara nabi Luth menuju Sadum (Soddom) di sebelah selatan laut mati. Di Palestina itulah Siti Hajar melahirkan Ismail; dan 13 tahun kemudian, siti Sarah, istri ke dua nabi Ibrahim, melahirkan Ishak.

   Suatu saat nabi Ibrahim memutuskan memindahkan Hajar dan Ismail ke lembah Bakka (Mekkah) di Hijaz (tanah Arab sekarang). Ketika itulah beliau sempat bolak-balik Palestina-Hijaz untuk menjenguk mereka. Bahkan nabi Ibrahim juga sempat menyaksikan penghancuran umat nabi Luth di Soddom dan Gomorah karena kedurhakaan mereka. Dalam pada itu, pada 1750 SM, Ishak di Palestina dianugerahi putra kembar, Aishu (Esau, leluhur bangsa Romawi) dan Ya'kub. Meski kembar, setelah dewasa tubuh mereka tidak sama. Aishu bertbuh tinggi besar, berbulu, dan pandai berburu hingga disayang sang ayah, sedangkan Ya'kub bertubuh kecil berkulit bersih dan disayang sang ibu.

   Suatu hari nabi Ishak as minta Aishu berburu dan memasak hewan buruannya. Tapi sebelum Aishu tiba, atas perintah sang ibu Ya'kub mendahului menghidangkan santapan daging. Tentu saja sang ayah gembira lalu mendoakannya dan memberkatinya. Melihat hal itu Aishu marah dan bersumpah akan membunuh Ya'kub setelah orang tua mereka wafat. Maka sang ibupun memerintahkan Ya'kub hijrah ke rumah pamannya, Labaan di Hurran. Ketika beristirahat di suatu tempat yang cukup tinggi, ia tertidur dan bermimpi memperoleh kejayaan. Ia lalu menandai tempat itu dengan nama Illiyya (Tuhan Yang Maha Tinggi) dan berniat kelak akan membuat tempat ibadah.

    Dirumah sang paman itulah Ya'kub menikah dengan dua adik sepupunya, Layya (Lea) dan Rahil (Rachel). Belakangan ia juga memperistri dua hamba sahaya kedua istrinya, yakni Zilpa dan Dilha. Dari keempat istrinya, ia memperoleh 12 putera: Rubail (Ruben), Syam'un (Simeon), Lawwa (Lewi), Yahudza (Yehuda), Yasakhir (Isakhtar), Zabilun (Zebulon), Jaad (Gad), Asyir (Asyer), Daan, Naftali, Yusuf (Yosef), dan Bunyamin (Benjamin).

   Setelah 20 tahun menetap di Hurran, Ya'kub kembali ke Palestina membawa seluruh keluarganya (waktu itu Bunyamin belum lahir). Karena takut bertemu abangnya (Aishu) yang mungkin masih menyimpan dendam, Ya'kub menempuh perjalanan di malam hari. Ketika tiba di suatu tempat, beliau bertemu dengan malaikat Jibril, yang menyapanya dengan panggilan Israil, artinya "orang yang berjalan di malam hari", dan menyampaikan pengangkatannya sebagai Nabi.

Ketika Ya'kub beserta rombongan keluarganya sedang melakukan perjalanan di malam hari, di suatu tempat beliau bertemu dengan malaikat Jibril, yang menyapanya dengan panggilan Israil, artinya "orang yang berjalan di malam hari", dan menyampaikan pengengkatannya sebagai Nabi. Baru kemudian beliau menyadari bahwa tempat itu adalah Illiyya, tempat beliau bermimpi indah 20 tahun sebelumnya. Nah tempat itulah konon, yang sekarang menjadi Masjidil Aqsha atau Baitul Maqdis.

Ketika nabi Yusuf menjadi pembesar kerajaan Mesir, keluarga nabi Ya'kub, yang sudah berjumlah puluhan, ikut hijrah ke Mesir. Sebagian riwayat mengungkapkan, mereka tinggal di Mesir selama 17 tahun, namun saat wafat nabi Ya'kub as dibawa kembali ke Palestina dan di kubur dekat dengan kakek dan ayahnya di Hebron. Di masa nabi Yusuf as, Bani Israil - yang tiada lain keturunan nabi Ya'kub as - mengalami kejayaan, karena nabi Yusuf as memberi mereka tanah yang subur. Namun sepeninggal nabi Yusuf as, bangsa pendatang itu dikucilkan, dan ditindas, diusir. Mereka baru mendapat kemerdekaan setelah dibawa oleh nabi Musa as, eksodus kembali ke Palestina.

Sejalan dengan kepindahan itu, agama yang dibawa oleh nabi Musa as pun menyebar di Palestina. Puncak kejayaan Bani Israil tercapai ketika nabi Daud as mendirikan kerajaan Israil, kemudian diteruskan oleh putranya, nabi Sulaiman as. Namun sebagaimana diuraikan diawal kisah ini, sepeninggal nabi Sulaiman as, mereka kembali terpecah-belah. Bahkan akhirnya dibantai dan diusir oleh raja Nebukadnezard (Bukhtanashar, dalam bhs Arab) dari Babylonia.

Sejak itu, bangsa Israil kembali sebagai bangsa tertindas dan terjajah secara bergantian oleh beberapa penguasa. Beberapa Nabi yang datang belakangan lebih banyak mengambil peran spiritual dan gerakan pembebasan, sebagaimana yang dilakukan oleh nabi Yahya as (Yohanes) dan nabi Isa as (Yesus) melalui gerakan Essenias yang berpusat di pegunungan Qumran.
2. Sejarah Bani Israil
    Seperti yang sudah menjadi fakta sejarah bahwa perang Arab (Hamas) - Israel merupakan tragedi kemanusiaan yang paling panjang di zaman modern. Bukan saja intensitas kekerasannya yang tinggi, jumlah korbannya pun sudah cukup banyak.
    Konflik kedua bangsa itu dimulai ketika Inggris - penjajah Palestina pasca - perang dunia I - memprakarsai berdirinya negara Israel di Palestina melalui deklarasi Balfour (1917). Konflik itu semakin merebak ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1922, mensahkan berdirinya negara Israel dengan alasan kemanusiaan dan solidaritas terhadap bangsa tak bernegara yang menjadi korban genocide Nazi. Dan akhirnya, negara Israel pun diproklamasikan pada 1948.
   Begitu negara Israel resmi berdiri, ratusan ribu orang yahudi miskin - dari berbgai negara, terutama dari eropa timur, berimigrasi ke Palestina, sementara para yahudi konglomerat yang tinggal di Amerika dan eropa barat enggan memulai hidup baru di tanah tandus itu.
    Tentu saja para pendatang itu terlibat konflik dengan pribumi Palestina, sebab kaum pribumi meyakini tanah suci yang dihormati tiga agama itu adalah milik mereka yang sah sejak zaman prasejarah. Ini dibuktikan dengan penemuan arkeologi tentang keberadaan bangsa Kan'an dari Hijaz (Arab) yang hijrah ke Palestina ribuan tahun sebelum kepindahan nabi Ibrahim as dan keluarganya ke Palestina sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Di lain pihak, bangsa Yahudi juga merasa berhak atas negeri di tepian laut mati tersebut. Mereka yakin, Palestina adalah "tanah yang dijanjikan Tuhan" pada zaman nabi Musa as.
   Sejarah bangsa yahudi (Bani Israel) memang dramatis. Itu gara-gara kedurhakaan mereka dari masa ke masa, sehingga Allah SWT mengutus beberapa nabi dan rasul untuk menyadarkan, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al Qur'an. Allah SWT juga melaknat bangsa berkepala batu itu sehingga mereka berkali-kali mengalami penindasan, pengusiran, dan pembantaian. Mereka hidup terasing di berbagai sudut dunia selama ribuan tahun, sebelum akhirnya terhimpun dan menjarah Palestina dari pewarisnya yang sah.
    Sejarah kaum durhaka ini dimulai sejak abad perunggu ketika orang-orang semit pindah dari peradaban yang gemilang di lembah Eufrata menjelang hancurnya kota tua Ur, lalu menetap di perbukitan di Kan'an tengah dan selatan di tepi laut tengah.
    Hijrah menyeberangi sungai Eufrat di bawah pimpinan nabi Ibrahim as itulah asal-muasal nama mereka, yaitu Ivriim (Bible), atau Hebrew (Inggris), alias Ibrani (Arab), yang berarti "orang-orang yang menyeberangi sungai". Adapun nama Israel (Israil) bermula panggilan dari malaikat Jibril kepada nabi Ya'kub as saat beliau menempuh perjalanan di malam hari ke Kan'an - setelah bermukim selama 20 tahun di Hurran (Harran).
     Berkat keimanan dan hidupnya yang saleh, Ibrahim dijanjikan oleh Allah SWT, kelak keturunan yang mengikuti jalan hidupnya akan menjadi sumber rahmat bagi bangsa-bangsa lain. Diusia senjanya nabi Ibrahim as memindahkan putera sulungnya, Ismail, dan ibunya, Siti Hajar, ke lembah Bakka (Mekkah). Disanalah Ismail, setelah dewasa, menyebarkan agama tauhid dan membangun Baitullah (Ka'bah) bersama ayahandanya.
   Sementara itu risalah nabi Ibrahim di Palestina diteruskan oleh putra ke duanya, Ishaq (Isaac), dan cucunya Ya'kub. Sang cucu mempunyai 12 putera sbagai cikal bakal suku Bani Israil.
    Belakangan anak salah seorang putera nabi Ya'kub as, Yusuf, menjadi gubernur Mesir di bawah pemerintahan raja Hyksos, seorang semit keturunan asing yang dekat dngan Yahudi. Saat itulah sebagian bangsa Israel di Kan'an pindah dan tinggal cukup lama di Mesir.
   Tetapi pada 1580 SM, Aahmes, bangsawan dari Thebes, menumbangkan kekuasaan raja Hyksos, dan kaum yahudi yang menjadi kaki tangan raja Hyksos ditangkap serta dijadikan budak belian.
    Ketika kaum yahudi ditindas oleh raja Fir'aun Ramses II, Allah SWT membangkitkan nabi Musa as, yang semula diangkat anak dan dibesarkan oleh salah seorang ratu Mesir. Keyika dewasa Musa lari ke Madyan dan menikah dengan putri nabi Syu'aib as. Ketika sedang menggembala di gunung sinai, ia melihat pancaran cahaya menakjubkan dari pohon Tin di bukit Horeb (Tursina). Ia mendengar firman Allah SWT yang menyerunya agar ia kembali ke Mesir untuk menolong saudara-saudaranya dari penderitaan, dan memimpin mereka ke "tanah yang dijanjikan" alias Palestina.
   Musa pun kembali ke Mesir dan memimpin kaum Yahudi melakukan eksodus ke Palestina di bawah tekanan dan kejaran psukan Fir'aun. Namun Allah SWT memberi Musa mukjizat (dengan mudah menyeberangi laut merah) - sementara pasukan fir'aun tenggelam. Sampai di gurun Sinai, nabi Musa as meninggalkan rombongannya sejenak untuk kembali ke Horeb. Di bukit itulah beliau menerima 10 perintah Tuhan. Begitu nabi Musa as berngkat, kaum yahudi melupakan yahweh (Jehovah, Tuhan) dan mulai menyembah sapi emas - karena terbujuk oleh orang yang bernama Samiri.

   Gara-gara kemungkaran itulah, mereka dihukum oleh Allah SWT. Mereka terlunta-lunta di gurun pasir selama 40 tahun tanpa pimpinan, karena nabi Musa as wafat dalm perjalanan ke Palestina. Bani Israil baru memasuki Kan'an (Palestina) setelah menyeberangi sungai Yordan dibawah pimpinan Joshua, murid nabi Musa as dan nabi Harun as. Sampai di Palestina mereka berhadapan dengan pribumi Arab. Setelah bertempur cukup lama, bani Israil menguasai bagian terbesar kawasan Palestina yang paling subur.

   Setelah Joshua wafat, mayoritas bani Israel kembali ingkar janji, dan menyembah dewa-dewa Kan'an seprti Baals dan Artertes. Mereka juga mengadopsi adat-istiadat orang Kan'an, menggelar pesta panen untuk menghormati dewa Baals dan Artertes. Bahkan mereka juga mematungkan Yehova untuk disembah. Tapi praktek musyrik itu ditentang oleh pemimpin-pemimpin suku yang disebut Hakim, terutama oleh hakim Samuel. Bersamaan dengan itu mereka menghadapi serbuan bangsa Arab Palestina dibawah pimpinan Goliath (Jaluth).
   Pada saat itu bani Israil sedang menghadapi serbuan dari bangsa Arab Palestina dibawah komando Goliath (Jaluth) yang telah menduduki kota Ark dan menghancurkan beberapa kota lain. Sejak itu bani Israil berusaha bersatu dibawah pimpinan raja Saul atau Thaluth. David atau Daud (1012-972 SM), yang menggantikan Saul, berhasil memperluas wilayah kerajaan sampai ke batas negeri Assyria, dan menjadikan Jerusalem sebagai ibu kota. Daud juga membersihkan agama yahudi dari pengaruh keyakinan purba. Kebijakan nabi Daud as diteruskan oleh putranya, nabi Sulaiman as, yang membangun sebuah kanisah (haikal, kuil) besar di Yerusalem.
   Setelah nabi Sulaiman as wafat, bani Israil terpecah menjadi dua. Sepuluh suku di utara membentuk kerajaan Israel dengan ibu kota Samaria dan rajanya Raja Jeroboam, sementara suku Yudah dan Benyamin membangun kerajaan Yudea dengan ibu kota Yerusalem.
  Pada 738 SM pasukan Assyria di bawah pimpinan raja Tiglath - Pilesar ||| menghancurkan kerajaan Israel. Dan pada 721 SM, raja Sargon || mengusir mereka dari kerajaan tersebut.
   Adapun kerajaan Yudea, yang didirikan oleh keturunan Daud, tetap eksis. Mula-mula beberapa raja masih mengamalkan ajaran nabi Musa as, tetapi belakangan raja Yehoram menganjurkan penyembahan dewa Baals. Namun tidak semua raja Yudea ingkar, raja Yehezkiel, misalnya, berusaha mengembalikan kemurnian agama nabi Musa as dibantu oleh Isaiah dan Micah. Pemurnian ini diteruskan oleh raja Amos dan Hosea alias nabi Ilyas.
   Raja lain yang beriman ialah Yosiah, yang naik yang naik tahta pada 640 SM. Pada 621 SM kepala pendeta Hilkiah mengirimkan sebuah kitab berisi ajaran nabi Musa as kepada Yosiah. Kitab yang ditemukan di haikal yahweh itulah pula yang disampaikan nabi Musa as kepada bani Israel lebih dari 800 tahun sebelumnya.
    Dengan kitab itu pulalah Yosiah membenahi agama yahudi; kemusyrikan dilarang, berhala dibinasakan, pelacuran dan korban manusia dihapuskan, kuil-kuil dirobohkan.
    Belakangan Yudea menjadi korban ketika dua bangsa besar - Mesir dan Babylonia - terlibat perang karena memperebutkan peninggalan Assyria di asia barat. Ketika Jeremiah, seorang alim, memperingatkan bakal runtuhnya bani Israel, itu tidak digubris. Ternyata ramalan Jeremiah terbukti. Pada 586 SM, raja Nebukhadnezar dari Babylonia menyerbu Yerusalem. Kota hancur, dan bani Israel ditawan, dibawa ke Babylonia sebagai budak. Merekalah satu-satunya suku bani Israel yang tidak lenyap. Dan dari merekalah bangsa Yahudi berkembang.
    Pada 535 SM, Babylonia dikuasai oleh raja Cyrus dari Persia. Pada pemerintahan Cyrus, bani Israel diizinkan pulang ke Yudea di bawah pimpinan pangeran Zerubbabel dan kepala pendeta Yoshua. Sampai di Yudea, mereka kembali membangun Haikal Sulaiman, sementara beberapa pemimpin agama seperti Haggai, Zehariah, dan Malchi menegakkan kembali ajaran nabi Musa as.
   Pada 333 SM, kekuasaan Persia di Yudea berakhir karena Iskandar Zulkarnaen menguasai kawasan yng sangat luas dari barat sampai timur. Ia mempersilahkan bani Israel memeluk agama dan menjalankan adat-istiadat secara bebas. Ketika Iskandar Zulkarnaen wafat, Palestina jatuh ke tangan raja-raja Yunani (yang juga menguasai Mesir), seperti Ptolomeus, yang cukup toleran bani Israel. Tapi belakangan Antiochus IV meruntuhkan kanisah-kanisah yahudi, membakar kitab suci, dan menganiaya mereka yang membelot.
   Pada 164 SM bani Israel ortodoks bangkit melawan raja Antiochus di bawah pimpinan Mathatias dan putranya, Maccabees, dan memperoleh kemenangan. Sejak itu bani Israel kembali ke Yerusalem dan merayakan kemenangan tersebut dengan menggelar Hanukah alias "pesta cahaya". Setelah Antiochus mangkat, panglima Lyaisas memberi kebebasan kepada bani Israel. Tetapi pada 143 SM, bani Israel dibawah pimpinan Simon memberontak kepada raja Selecuid dan mengusir penguasa Assyria itu dari Yerusalem.
   Belakangan bani Israel terlibat perang saudara sehingga kekuatan mereka melemah. Saat itu, muncul dua tokoh yang memakzulkan diri sebagai raja dengan bantuan kaisar Pompey dari Romawi. Maka pada 63 SM pasukan Romawi menyerbu Yudea dan mengangkat Hyracanus, yahudi yang berkomplot dengan pihak Romawi, sebagai gubernur. Ketika Julius Caesar menjadi kaisar penguasa Roma, dia menunjuk Antipater sebagai pelindung Yudea, dan Antipater menunjuk Herodes sebagai gubernur Galilea. Pada 39 SM Herodes menjadi raja Yudea.
  Ketika itu bani Israel mengalami perpecahan. Ada kaum Saduki, yang memihak Romawi, sementara kelompok Farisi lebih cenderung mengurusi agama. Kaum Farisi inilah yang menanti kedatangan putra Daud, Juru Selamat (Almasih), yang akan menerima mandat Tuhan untuk memerintah Palestina. Pada 70 SM, ketika untuk kesekian kalinya kanisah-kanisah dihancurkan, berakhir pula peranan kaum Saduki. Namun kaum Farisi, yang memusatkan ibadah di Sinagog, tetap eksis. Ajaran mereka inilah yang berkembang sampai sekarang.
   Sekte lain, Zealot, memisahkan diri dari kaum Farisi. Mereka yakin bahwa Tuhan adalah Tuhan Penguasa Negeri Israel, dan bani Israel adalah umat terpilih, sementara Palestina adalah tanahnya. Mereka menganggap, orang Israel yang tunduk kepada Romawi, dosa besar. Karena itu mereka berusaha membebaskan Palestina. Ada lagi sekte Essene - yang disebut-sebut dalam naskah kuno gulungan Laut Mati (The dead sea scrolls) yang ditemukan di lembah Qumran, Yordania.
   Walaupun populasinya sedikit, kaum Essene memegang peranan cukup menonjol. Mereka meyakini, bani Israel adalah umat terpilih dan punya perjanjian khusus dengan tuhan. Namun tidak semua bani Israil memegang teguh perjanjian untuk menjaga syariat-NYA. Maka melalui merekalah, dengan pimpinan Almasih, Tuhan akan "melapangkan jalan kejahilan ke arah tatanan dunia baru" - melalui Almasih.
   Di era pemerintahan Herodes, ada dua nabi, yakni nabi Zakariya as dan putranya nabi Yahya as, yang punya andil besar dalam mendakwahi bani Israil agar kembali ke ajaran nabi Musa as. Dalam literatur Nasrani, nabi Yahya as dikenal sebagai Johanes Pembaptis, yang memandikan (menyucikan) orang dari berbagai dosa.
   Nabi Yahya menentang kemauan Herodes untuk mengawini Herodya, kemenakannya yang cantik. Akhirnya Herodya berzina dengan Herodes dan meminta tentara Herodes untuk membunuh nabi Yahya. Pembunuhan itu sangat sadis; kepala nabi Yahya as diserahkan kepada Herodya. Selain itu Herodes juga membunuh nabi Zakariya as dengan menggergajinya karena membela nabi Yahya as.
    Setelah nabi Zakariya as wafat, sekitar tahun 4 SM nabi Isa as lahir di Betlehem. Menghindari kekejaman Herodes, nabi Isa as diungsikan oleh sang ibu, Siti Maryam ke suatu tempat. Tak lama kemudian beliau dibawa ke Nazareth. Belakangan para sejarawan modern meyakini, Siti Maryam menitipkan nabi Isa as ke sekte Essene. Sebagian kaum Essene berbai'at untuk kembali ke ajaran nabi Musa as dan para nabi lainnya, di bimbing oleh seorang guru - yang berdasarkan naskah Gulungan Laut Mati adalah nabi Isa as.
   Di dalam dakwahnya, pada 30 Masehi, nabi Isa as sempat mengunjungi rumah ibadah (sinagog) di Yerusalem. Bukan sambutan yang diterima, tetapi tokoh-tokoh bani Israel justru membenci beliau. Maka dewan agama yahudi (synhadrin) pun memutuskan menangkap nabi Isa as dan menghukumnya dengan hukuman mati, dengan tuduhan melakukan pelecehan agama. Mereka menggiring nabi Isa as menghadap gubernur Romawi Pontius Pilatus, tetapi sang Gubernur tidak menemukan kesalahan apapun.
  Akhirnya karena desakan para pendeta bani Israel, Pilatus menghukum nabi Isa as dengan cara disalib. Namun Allah SWT memberi pertolongan dan mengangkat beliau menghadap-NYA. Untuk kesekian kalinya bani Israel ingkar dan durhaka kepada utusan-NYA. Bani israel ingkar dan membunuh nabi dan rasul. Dan untuk kesekian kalinya Allah SWT melaknat mereka.
    Laknat itu misalnya menjadi kenyataan ketika mereka memberontak melawan kaisar Elia Hadrian. Mereka hancur lumat ditangan pasukan Romawi pimpinan Julius Cephrius yang kejam. Mereka menyingkir ke Battier, tapi Hadrian terus memburu dan menangkapi mereka dengan kejam, serta membumihanguskan permukiman mereka. Mereka juga dilarang masuk Yerusalem.
    Di atas puing Yerusalem, Hadrian membangun kota Elia Capitolina yang kemudian lebih dikenal dengan nama Elia, nama sang kaisar, sebagai penghormatan terhadapnya. Di atas rumah ibadah yahudi yang rata dengan tanah juga dibangun sebuah rumah berhala untuk menyembah dewa Jupiter.
    Larangan yahudi memasuki Yerusalem berlanjut hingga 200 tahun kemudian sampai abad ke 19. Selamaitu mereka hidup dalam diaspora, tersebar di berbagai belahan dunia, tidak punya hubungan apapun dengan Palestina, kecuali nostalgia berupa potret kekufuran, kefasikan, ketidak adilan, dan pembunuhan para Nabi. Diaspora itulah bentuk dari laknat Allah SWT: Diharamkan mendiami tanah suci Yerusalem.
    Di tengah kehidupan diaspora (terpencar-pencar), ada beberapa pendeta (rabbi) yahudi yang mencoba memberi harapan dan mempersatukan mereka dengan mendirikan Akademi Sanhedran di Jabneh. Tapi setelah dihancurkan oleh tentara Hadrian, akademi itu pindah ke Galilea. Disanalah mereka mengumpulkan tradisi lisan kaum yahudi dalam bentuk Mishnah.
    Di negara kristen mereka dipaksa tinggal di Gettho, perkampungan khusus yahudi yg kumuh. Harta benda mereka sering dijarah, penghuninya dianiaya dan diusir. Hanya di negeri-negeri Islam, termasuk di kalangan kaum muslimin Spanyol, mereka hidup bebas. Dalm kata pengantar buku the Wisdom of Israel, Lewis Browne antara lain menulis;


"Kaum yahudi adalah pelajar sekaligus pengajar dalam pengembaraan. Mereka belajar kepada orang Mesir, Kan'an, Babylonia, Yunani, Parthian, Romawi, Arab, dan setiap umat, baik dalam keadaan mesra maupun derita..... Kebijaksanaan bangsa yahudi berkembang pesat selama kejayaan Islam yang penuh toleransi, tapi sangat merosot dan gelap gulita di masa abad kristen pertengahan."
   Di masa kejayaan peradaban Islam, banyak tokoh intelektual yahudi hidup aman dan bebas. Mereka itu misalnya, Solomom ibn Ganirol, Judah Galevi, Moses ibn Ezra (penyair), Saadiya ben Joseph, Bachya ben Pakuda, Abraham ibn Daud, Musa ibn Maimun alias Maimonides (filsuf), negarawan Hasdai ibn Sharput, dokter istana Khalifah Abdul Rahman |||, wazir (perdana menteri) Granada Samuel ibn Nagdela.
   Dalam sebuah bukunya, Isodore Epstein menulis: "Nasib kaum yahudi berubah ketika kaum muslimin berkuasa di Palestina dan Mesir, sementara penguasa kristen Byzantium campur tangan dalam kehidupan sosial-ekonomi dan peribadatan. Kaum yahudi mendapat pencerahan di masa pemerintahan kaum muslimin di Spanyol selama berabad-abad. Raja-raja kristen Visighotic terkenal kejam dan kasar, tetapi pewarisnya, yakni kaum muslimin, membebaskan mereka dari penindasan dan menggalakkan peradaban."
    Bani israel baru benar-benar merasakan kebebasan ketika eropa memasuki abad pencerahan. Namun setelah Napoleon Bonaparte jatuh, muncul kembali semangat anti yahudi. Mereka dihadapkan kepada dua pilihan: "kembali ke Gettho yahudi yang kotor dan kumuh, atau menjadi kristen." Apa boleh buat, banyak diantara mereka yang memilih kembli menjadi kristen. Dan ketika Adolf Hitler berkuasa di Jerman, ia melakukan Holocaust: memburu, menangkapi, menyekap, dan membunuh orang-orang yahudi.
    Karena berkali-kali hidup dalam pengasingan dan tertindas, muncullah gagasan mendirikan sebuah negara yahudi. Gagasan itu pertama kali dilontarkan oleh Theodore Herzl (1860-1901) dalam buku the Jewish state. Pada 1897 untuk pertama kalinya kaum yahudi sepakat untuk mendirikan sebuah negara dalam kongres Zionis | di Basel, Swiss, yang diprakarsai oleh Herzl.
    Puluhan tahun kemudian, 1917, ketika Palestina di bawah kekuasaan Inggris, lahirlah deklarasi Balfour, yang memberikan kesempatan kepada bani Israel mendirikan negara di Palestina. Pada 1922 deklarasi itu di sahkan oleh Liga Bangsa-Bangsa. Dan setelah terjadi lima kali aliya (eksodus) bani Israel secara besar-besaran dari perbagai penjuru dunia ke Palestina, pada 14 Mei 1948 Ben Gurion memproklamasikan negara Israel dengan ibu kota Tel Aviv, didukung oleh dua negara adikuasa saat itu, Amerika serikat dan Uni soviet.
v  Baitul Maqdis
     Walau begitu ada beberapa nilai historis dan religi dari tradisi Israil yang tetap dimuliakan umat Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw. Yang pertama adalah pengakuan Islam atas bangunan bersejarah Baitul Maqdis. Baitul Maqdis diyakini oleh orang Israil sebagai bangunan suci mereka. Bangunan ini di kokohkan dan menjadi besar pada masa Nabi Sulaiman, salah satu raja bangsa Israil terbesar dalam sejarah. Dalam tradisi Islam kisah hidup Nabi Sulaiman sangat populer dan menjadi salah satu cerita yang menarik di simak. Baitul Maqdis atau rumah suci punya nilai ritual khusus bagi umat Islam, selama kurang lebih 16 sampai 17 bulan arah kiblat shalat umat Islam mengarah ke Baitul Maqdis, sebelum turun wahyu ilahi yang memindahkan kiblat ke arah Ka'bah di Mekah. Di tempat suci ini dikenal dengan peristiwa agung bernama Isra Miraj, ketika Nabi Muhammad di perjalankan dari Mekah ke Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis. Baitul Maqdis mempunyai sejarah kuno yang sangat panjang, konon kompleks peribadatan ini sudah ada jauh sebelum datangnya Nabi Sulaiman. Dalam perkembangannya Nabi Sulaiman meneruskan pembangunan Baitul Maqdis dengan menambahkan bangunan Kuil Sulaiman. Kuil ini kemudian hari dihancurkan oleh bala tentara Babylonia, dibangun kembali oleh Raja Persia lalu di hancurkan lagi oleh bangsa Romawi. Bagian yang tersisa dari kuil ini hanyalah dinding pembatas luar yang dikenal sebagai Tembok Barat atau Tembok Ratapan dengan panjang sekitar 60 meter. Di tempat itulah bangsa Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Nilai historis dan religi yang menjadikan umat Islam memandang mulia tempat suci ini. Islam tidak ingin terputus dari akar sejarahnya di bumi Kanaan, tempat bagi sebagian besar keturunan Israil tinggal sekarang. Sekarang kompleks Baitul Maqdis dan kota Yerussalem menjadi kota suci tiga Agama yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Puasa Asyura Tidak banyak umat Islam yang tahu kalau puasa Asyura yang jatuh pada bulan Muharram mengikuti tradisi Israil. Permulaan puasa ini adalah ketika Nabi Muhammad Saw datang ke Madinah dan melihat orang-orang Yahudi melaksanakan puasa di hari Asyura. Nabi Muhammad kemudian bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Kemudian Nabi bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”. Maka sejak saat itu Nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk berpuasa Asyura pada tanggal 10 Muharram. Puasa Asyura tidak hanya mengandung nilai ritual/ibadah tapi juga merupakan salah satu bukti Islam menghormati perjuangan Nabi Musa dalam menyelamatkan bangsa Israil dari amukan Firaun. Puasa Asyura mendekatkan hubungan historis religi antara dua rumpun yaitu Ismail (Islam) dan Ishaq (Yahudi). Puasa Nabi Daud & Kisah-kisah Nabi Israil Nabi Daud (David) merupakan salah satu nabi bangsa Israil. Selain dianggap nabi yang perkasa yang mampu mengalahkan Jalut (Goliath), Nabi Daud juga dikenal karena kesalehannya. Nabi Daud dikenal dengan puasanya sehari berpuasa sehari berbuka selama setahun. Tradisi puasa nabi Daud biasa di praktekkan Nabi Muhammad. Nabi Muhammad sendiri menganjurkan umatnya untuk mengamalkan puasanya nabi Daud. Ada 4 kitab suci yang dikenal umat Islam, walau tidak tertutup kemungkinan masih banyak kitab suci lain yang pernah diturunkan oleh sang pencipta. Ke-empat kitab suci ini mempunyai kedudukan yang sama. Dari 4 kitab suci itu, 3 diantaranya di turunkan untuk umat/bangsa Israil. Kitab Zabur untuk Nabi Daud (David), Kitab Taurat untuk Nabi Musa (Moses), dan Kitab Injil untuk Isa. Islam menghormati dan menghargai ketiga kitab suci bani Israil itu. Kisah-kisah perjuangan nabi-nabi Israil banyak dikisahkan dalam Al-Quran, kitab suci umat Islam. Kisah Nabi Musa menyelamatkan umatnya dari kejaran Firaun, kisah Nabi Yunus yang hidup dalam perut ikan, kisah Nabi Daud yang menaklukan Jalut (Goliath) dan kisah perjuangan Nabi Isa menghadapi fitnah kaumnya dll, kisah-kisah ini banyak menginspirasi dan memberikan pelajaran bagi kaum muslim. Bahkan nabi-nabi Israil yang tidak disebutkan dalam Quran juga di muliakan dalam tradisi Islam. Di dekat kuburan Nabi Daniel dibangun sebuah masjid yang indah, Makam nabi Uzair  juga dihormati kaum muslim yang tinggal didekat makam itu dll. Nabi israil lainnya seperti Yeremia, Ezra, Yehezkiel dll juga dihormati dalam tradisi Islam. Begitu indah dan mulianya jika di tanah Kanaan, bumi Palestina yang kini berdiri negara Israel mampu tercipta sebuah perdamaian yang abadi. Seperti indahnya persaudaraan antara moyang kedua generasi Ismail dan Ishaq. Tradisi dan sejarah Israil yang di muliakan oleh Nabi Muhammad akan selalu lestari hingga akhir hayat di dalam hati dan sanubari kami kaum Muslimin. Salam






B. PALESTINA DENGAN PERANG SALIB, AKHIR ZIONISME, PERANG DUNIA I DAN II, DAN PERANG TERDAHSYAT (AL-MALHAMAH, AL-MAJIDUN, AL-MAGEDDON)
1.PERANG SALIB
   Perang Salib berawal dari Maklumat Perang Suci yang diserukan Paus Urbanus II pada tahun 1095. Hal ini didorong oleh keinginan kaum Kristen Eropa untuk menjadikan tempat-tempat suci umat Kristen, terutama Yerussalem, bisa masuk ke wilayahnya, sehingga mereka melakukan serangkaian operasi militer melawan tentara Muslim di sepanjang kawasan Mediterania Timur. Perang ini kerap dilihat sebagai awal kontak yang melahirkan ketegangan dan sikap permusuhan antara Barat dan Timur.
  Maklumat yang dikeluarkan Paus Urbanus II (pemimpin Gereja Katolik) adalah sebagai jawaban atas permintaan Kaisar Alexius I yang meminta bantuan kepadanya untuk menolong kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke wilayah kekuasaannya tersebut.
Hal ini karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern).
Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
   Untuk menanggapi hal tersebut Paus Urbanus II segera memutuskan untuk mengadakan ekspedisi besar-besaran yang ambisius (27 November 1095). Tekad itu makin membara setelah Paus menerima laporan bahwa Khalifah Abdul Hakim-yang menguasai Palestina saat itu menaikkan pajak ziarah ke Palestina bagi orang-orang Kristen Eropa. “Ini perampokan! Oleh karena itu, tanah suci Palestina harus direbut kembali,” kata Paus.
   Perang melawan kaum Muslimin diumumkan secara resmi pada tahun 1096 oleh Takhta Suci Roma. Paus juga mengirim surat ke semua raja di seluruh Eropa untuk ikut serta. Mereka dijanjikan kejayaan, kesejahteraan, emas, dan tanah di Palestina, serta surga bagi para ksatria yang mau berperang.
    Paus juga meminta anggota Konsili Clermont di Prancis Selatan yang terdiri atas para uskup, kepala biara, bangsawan, ksatria, dan rakyat sipil untuk memberikan bantuan. Paus menyerukan agar bangsa Eropa yang bertikai segera bersatu padu untuk mengambil alih tanah suci Palestina. Hadirin menjawab dengan antusias, “Deus Vult!” (Tuhan menghendakinya!)
    Dari pertemuan terbuka itu ditetapkan juga bahwa mereka akan pergi perang dengan memakai salib di pundak dan baju. Dari sinilah bermula sebutan Perang Salib (Crusade). Paus sendiri menyatakan ekspedisi ini sebagai “Perang Demi Salib” untuk merebut tanah suci (Yerusalem).
2 . AKHIR ZIONISME
   ISRAEL terus menolak langkah-langkah perdamaian yang didorong oleh AS. Padahal, berpuluh-puluh tahun langkah-langkah perdamaian sangat menguntungkan bagi kepentingan masa depan Israel. Gagasan dua negara Palestina-Israel, yang digagas oleh AS, tak memengaruhi pemimpin Israel, khususnya sayap kanan, yang sekarang berkuasa. Presiden Israel Benjamin Netanyahu menolak mentah-mentah gagasan dua negara itu.
    Hakikatnya politik Zionis itu adalah bangkitnya kembali entitas Yahudi, yang sekarang mengalami diaspora (terpencar-pencar) di seluruh dunia, dan menyatu kembali ke dalam satu bangsa, hidup di tanah yang ‘dijanjikan’, Palestina. Gerakan Zionisme itu meniru gaya penjajahan Barat secara politis. Selama beberapa dekade gerakan Zionisme belajar dan berkhidmat kepada Barat dan mewujudkan kepentingan-kepentingan bersama antara keduanya. Maka, sangatlah wajar, bila sekarang terjadi apa yang disebut dengan ‘mutualisma simbiosa’ antara Zionisme dengan Barat.
    Gerakan Zionisme mempunyai tujuan akhir yang hendak diwujudkan, dan bukan hanya ingin mendirikan negara Israel Raya, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas diantaranya :
1. Gerakan Zionisme mempunyai tujuan akhir mendirikan Kerajaan Nabi Daud dan Sulaiman, yang menjadi sebuah mitos di kalangan masyarakat Yahudi, dan dibangun oleh kalangan Zionis, yang sangat aktif secara politik dan ideologi.
2. Melakukan penguasaan sumber daya ekonomi dan sumber daya alam vital guna menunjang gerakan, terutama bagi membangun negara yang menjadi ‘Kerajaan’ Nabi Daud dan Sulaiman.
3. Menanamkan doktrin Zionisme kepada seluruh orang-orang Yahudi di seluruh dunia, tentang doktrin tanah yang dijanjikan, Palestina, dan menjadi hak mutlak bagi mereka. Karena itu, tak ada entitas lainnya, yang mempunyai hak hidup di wilayah itu.
4. Karakter hubungan saling berkaitan antara politik dan ekonomi sudah menjadi ideologi Zionisme yang mapan, dan sangat memengaruhi setiap gerak dan langkah yang mereka lakukan. Karena itu, setiap gerakan Zionisme berusaha melakukan penguasaan terhadap setiap pemerintahan di dunia, dan menguasai ekonomi mereka.
5. Menciptakan langkah-langkah strategis, dengan bertujuan melemahkan perjuangan bangsa Arab dan Islam dalam menghadapi Zionis-Israel dengan politik adu-domba (divide at impera), dan menanamkan sekulerisme, yang menghilangkan fanatisme terhadap agama (Islam), dan mendorong agar paham pluralisme menjadi ideologi. Dengan cara itulah gerakan-gerakan yang menentang Zionisme akan menjadi lemah. Karena masyarakat muslim sudah tidak lagi memiliki keyakinan terhadap agama mereka.
    Gerakan Zionisme ini berdiri kokoh diatas landasan yang substansial, bahwa Yahudi bukan sekadar konsep agama, melainkan juga negara yang didukung dengan ideologi menjajah melalui cara penguasaan, baik secara politik, ekonomi, yang ditopang dengan ideologi. Inilah hakekat Zionisme yang ada ini.
    Tak bakal lahir Palestina yang merdeka, jika hanya mengandalkan belas kasihan Israel, seperti apa yang sudah dilakukan Yasser Arapat dengan PLO, Mahmud Abbas dengan Otoritas Palestina, dan Organisasi Al-Fatah sekarang, yang benar-benar mengabdi kepada Israel. Tak juga dengan perundingan dan perdamaian yang akan menghasilkan sebuah cita-cita kemerdekaan, karena Israel tak menginginkan Palestina menjadi sebuah entitas politik yang eksis dan berdaulat. Israel hanyalah menginginkan Palestina itu, sebagai sebuah bangsa kelas dua, yang hidupnya tergantung oleh belas kasihan Israel.
     Inti sari konsep Zionisme itu, tak lain, adalah sikap panatisme dan ortodok, yang sangat mendalam, yang tidak mungkin akan berubah. Mereka memiliki gambaran yang ideal tentang negara, yang membentang dari Sungi Nil (Mesir) sampai Sungai Eufrat (Irak). Inilah yang menjadi bentuk kerajaan Nabi Daud dan Sulaiman, di era Benyamin Netanyahu sekarang ini.
    Apakah konsep Zionisme yang membangun kerajaan Dawud dan Sulaiman itu sudah terwujud? Secara teritori (wilayah) negara mungkin belum. Tetapi, secara substansi (hakikat), sejatinya negara-negara tetangga Israel itu sudah menjadi wilayah negara Israel. Karena, negara-negara di sekeliling Israel itu, sudah mengabdi kepada kepentingan Israel. Mereka tidak merupakan sebuah negara yang berdaulat yang dapat menentukan kebijakannya secara bebas.
    Jadi Kerajaan Daud dan Sulaiman hakikatnya sudah berdiri di tanah Arab, yang membujur dari sungai Nil (Mesir) sampai ke sungai Eufrat (Iraq). Meskipun, wilayah itu masih mempunyai pemerintahan, presiden, raja, tapi semuanya mengabdi kepada Zionis Israel.
3 . PERANG DUNIA l DAN ll
    Kekejaman di Gaza sebenarnya tak lepas dari dosa politik Inggris. Sebab, negara itulah yang mengizinkan warga Yahudi eksodus ke Palestina dan akhirnya mendirikan negara baru. Dukungan Inggris atas imigrasi besar-besaran warga Yahudi ke Palestina tertuang dalam Deklarasi Balfour pada 2 November 1917. Deklarasi Balfour atau Perjanjian Balfour merupakan sebuah surat yang dikirimkan Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour, kepada Lord Rothschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk disampaikan kepada Federasi Zionis. Surat itu berisi hasil rapat Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917 yang menyatakan mendukung rencana-rencana Zionis mendirikan ‘tanah air’ bagi Yahudi di Palestina, dengan syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak dari komunitas-komunitas yang ada di sana.
    Pertempuran antara Israel dan Kelompok Hamas, yang menguasai Gaza, sebenarnya adalah rangkaian dari sebuah konflik panjang yang berakar sejak lama. Bahkan jika dirunut lagi ke belakang, konflik dua bangsa ini sudah terjadi di zaman para nabi. Masih ingat kisah Daud melawan Goliat? Nah, Goliat itu adalah perwakilan bangsa Filistin yang kemungkinan besar adalah nama kuno bangsa Palestina. Jadi, bisa dibayangkan betapa kunonya konflik kedua bangsa ini.
    Berbicara soal konflik modern Israel-Palestina mungkin bisa dirunut hingga akhir abad ke-19, sebelum pecahnya Perang Dunia I. Saat itu, Timur Tengah merupakan wilayah kekuasaan Kekaisaran Ottoman Turki selama lebih dari 400 tahun. Menjelang akhir abad ke-19, Palestina atau saat itu disebut Suriah Selatan dipecah menjadi Provinsi Suriah, Beirut, serta Jerusalem oleh penguasa Ottoman.
   Saat itu Palestina didominasi warga Arab Muslim dengan sedikit warga Kristen Arab, Druze, Sirkasian, dan Yahudi. Meski hidup di bawah penjajahan bangsa Turki, tetapi kehidupan di kawasan ini bisa dikatakan jauh dari konflik dan kekerasan.
    Sementara itu, nun di Benua Biru, warga Yahudi yang banyak tersebar di Eropa Tengah dan Eropa Timur sudah sejak lama memimpikan "kembali ke Zion" atau sederhananya adalah kembali ke tanah yang dijanjikan Tuhan. Namun, imigrasi ke Palestina atau yang mereka sebut sebagai Tanah Israel baru dilakukan secara sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok kecil dan niat mendirikan sebuah negara Yahudi belum tebersit.
     Niat mendirikan negara Yahudi muncul sekitar 1859-1880 ketika gelombang anti-Semit mulai melanda Eropa dan Rusia. Inilah yang memicu terbentuknya Gerakan Zionisme pada 1897. Gerakan ini menginginkan pembentukan sebuah negara Yahudi sebagai suaka untuk semua bangsa Yahudi di berbagai pelosok dunia. Kelompok ini pernah mempertimbangkan beberapa lokasi di Afrika dan Amerika sebelum akhirnya memilih Palestina sebagai tujuan akhir.
     Seperti disinggung di atas, Palestina saat itu masih berupa kawasan yang menjadi kekuasaan Kekaisaran Ottoman Turki. Gerakan Zionisme yang didukung Dana Nasional Yahudi kemudian mendanai pembelian tanah di Palestina yang masih menjadi jajahan Ottoman Turki untuk pembangunan permukiman para imigran Yahudi. Gelombang imigrasi Yahudi, setelah terbentuknya Organisasi Zionis Dunia, kini menjadi lebih terorganisasi dengan tujuan yang jauh lebih jelas di masa mendatang.
     Pada awalnya, imigrasi warga Yahudi ke Palestina tidak menimbulkan masalah di Palestina. Namun, dengan semakin banyaknya imigran Yahudi yang datang, semakin banyak pula tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan permukiman. Konflik dan sengketa perebutan tanah tak jarang terjadi antara kedua bangsa ini.
     Semakin meningkatnya jumlah imigran Yahudi di Palestina ternyata juga membuat Kekaisaran Ottoman khawatir. Namun, kekhawatiran mereka lebih didasari fakta bahwa kebanyakan imigran Yahudi itu datang dari Rusia yang adalah musuh utama Ottoman dalam perebutan kekuasaan di kawasan Balkan.
     Ottoman khawatir para pendatang Yahudi dari Rusia ini akan menjadi perpanjangan tangan negeri asalnya untuk melemahkan kekuasaan Ottoman di Timur Tengah. Sehingga, kekerasan pertama yang menimpa para imigran Yahudi pada 1880-an di Palestina—khususnya yang dilakukan Turki Ottoman—adalah karena mereka dianggap sebagai bangsa Rusia atau Eropa, bukan karena mereka adalah Yahudi.
    Langkah menentang imigran Yahudi pun dilakukan para penduduk lokal, khususnya warga Arab. Mereka mulai memprotes akuisisi tanah oleh pendatang Yahudi. Atas aksi protes ini akhirnya Kekaisaran Turki Ottoman menghentikan penjualan tanah kepada para imigran dan orang asing. Meski demikian, pada 1914 jumlah warga Yahudi di Palestina sudah berjumlah 66.000 orang, separuhnya adalah para pendatang baru.
     Perang Dunia I pecah (1914-1918), Kekaisaran Ottoman Turki memilih menjadi sekutu Jerman. Itu berarti, Ottoman Turki berseberangan dengan Inggris dan Perancis yang juga menjadi musuh "alami" Jerman.
     Situasi ini diamati dengan baik oleh kelompok Zionis yang semakin kuat dan para pelopor pergerakan nasionalisme Arab. Kedua kelompok ini melihat peluang untuk mendepak Ottoman Turki dari kawasan Timur Tengah sehingga kedua kelompok ini pun memilih untuk memihak Inggris.
     Di sela-sela perang, berbagai upaya diplomatik dilakukan baik oleh kelompok Zionis maupun Arab demi kepentingan mereka masing-masing. Salah satunya adalah korespondensi Pemimpin Mekkah Hussein bin Ali dengan Komisioner Tinggi Inggris di Mesir, Sir Henry McMahon.
     Inti dari surat-menyurat yang terjadi antara 1914-1915 itu adalah bangsa Arab berjanji akan bersekutu dengan Inggris dan sebagai imbalan di saat perang berakhir Inggris harus mengakui kemerdekaan negara-negara Arab.
      Namun, kemudian terungkap bahwa Inggris dan Perancis menandatangani perjanjian Sykes-Picot 1917 yang isinya adalah rencana kedua negara membagi wilayah-wilayah yang dulunya adalah milik Turki Ottoman.
      Gerilya diplomatik juga dilakukan kelompok Zionis. Pemimpin komunitas Yahudi di Inggris, Baron Rothschild, membangun hubungan dengan Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour.
      Kemudian Balfour membuat pernyataan pada 2 November 1917 yang dikenal dengan "Deklarasi Balfour" yang isinya adalah Inggris akan mengupayakan Palestina sebagai rumah bagi bangsa Yahudi, tetapi dengan jaminan tidak akan mengganggu hak keagamaan dan sipil warga non-Yahudi di Palestina.
      Dengan isi yang sedemikian mendukung pembentukan negara Yahudi yang dicita-citakan kelompok Zionis, maka tak heran jika Deklarasi Balfour dianggap sebagai batu penjuru terbentuknya negara Yahudi atau Israel saat ini.

Mandat Palestina
     Deklarasi Balfour ini kemudian dimasukkan ke dalam Perjanjian Damai Sevres pada 10 Agustus 1920 antara Ottoman Turki dan sekutu di pengujung Perang Dunia I. Inti dari perjanjian ini adalah pembagian wilayah milik Kekaisaran Turki Ottoman. Perjanjian ini sekaligus menandai keruntuhan Kekaisaran Ottoman Turki.
     Pembagian ini meliputi wilayah Mandat Perancis seperti Suriah dan Lebanon. Sementara Irak dan Palestina berada di bawah Mandat Inggris. Inggris menempatkan Faisal—putra pemimpin Mekkah Hussein bin Ali—sebagai Raja Irak.
     Sedangkan Palestina dibagi dua. Sebelah timur menjadi Transjordania yang diberikan kepada Abdullah—putra lain Hussein bin Ali. Sedangkan bagian barat yang tetap dinamai Palestina berada langsung di bawah kendali Inggris.
      Selama masa Mandat Palestina ini, imigrasi Yahudi ke Palestina bertumbuh secara signifikan. Selain karena mendapat perlindungan Inggris, imigrasi Yahudi ini didorong maraknya gerakan anti-Semit di Eropa, misalnya di Ukraina yang mengakibatkan setidaknya 100.000 orang Yahudi tewas dibunuh pada 1905.
       Antara 1919-1926 sedikitnya 90.000 imigran Yahudi tiba di Palestina, mereka langsung menempati komunitas-komunitas Yahudi yang didirikan di atas tanah yang telah dibeli secara legal oleh agen-agen Zionis dari para tuan tanah Arab.
      Tak jarang pembelian tanah ini menggusur para petani penggarap Arab. Kondisi ini membuat warga Arab Palestina merasa disingkirkan. Situasi ini ditambah keinginan menentukan nasib sendiri, semakin menumbuhkan gerakan nasionalisme Palestina.
      Selain itu, warga Arab Palestina menentang gelombang imigrasi Yahudi ini karena mereka khawatir, semakin banyaknya warga Yahudi akan mengancam identitas nasional mereka. Akibatnya, sepanjang dekade 1920-an, hubungan antara kelompok Yahudi dan Arab di Palestina memanas dan bentrok kekerasan antara kedua kubu semakin sering terjadi.
     Kekalahan Kekaisaran Ottoman Turki dalam Perang Dunia I (1914-1918) membuat wilayah kerajaan itu jatuh ke tangan Inggris dan Perancis. Salah satu wilayah yang menjadi "tanggung jawab" Inggris adalah Mandat Palestina. Di bawah Inggris—berdasarkan Deklarasi Balfour 1917—populasi imigran Yahudi di Palestina terus bertambah.
     Pada 1920, Ulama Utama Jerusalem Mohammad Amin al-Husayni (1897-1974) menjadi pemimpin gerakan Palestina Arab dan memainkan peranan penting dalam gerakan-gerakan awal menentang Deklarasi Balfour dan imigrasi masif Yahudi ke Palestina.
     Namun, kerusuhan besar pertama di wilayah Mandat Palestina terjadi pada 1-7 Mei 1921 yang dikenal dengan Kerusuhan Jaffa. Awalnya kerusuhan ini adalah antardua kelompok Yahudi yang kemudian melebar hingga melibatkan kelompok penduduk Arab.
     Kerusuhan ini berawal saat Partai Komunis Yahudi pada 1 Mei 1921 mengajak bangsa Arab dan Yahudi untuk menggulingkan kekuasaan Inggris di Palestina dan mendirikan sebuah negara Palestina yang berafiliasi dengan Uni Soviet.
     Partai menyampaikan niat ini dalam sebuah parade dari kota Jaffa ke Tel Aviv saat merayakan Hari Buruh Sedunia atau May Day. Parade ini melintasi sebuah perkampungan bernama Manshiyya yang berpenghuni campuran Arab dan Yahudi.
     Ternyata ada parade May Day lain yang dilakukan kelompok pesaing dari Tel Aviv, Ahdut HaAvoda. Kelompok ini melakukan parade tanpa memberitahu polisi. Saat kedua kelompok bertemu, bentrokan tak terelakkan.
     Polisi berusaha memisahkan sekitar 50 orang pengunjuk rasa komunis. Sementara warga Arab Kristen dan Islam ikut campur untuk membantu polisi melawan orang Yahudi. Insiden ini dengan cepat menyebar ke bagian selatan kota.
     Warga Arab di Jaffa mengira terjadi pemukulan terhadap saudara-saudaranya sambil membawa berbagai senjata menyerang permukiman Yahudi. Selanjutnya kerusuhan berlanjut selama beberapa hari di beberapa kota, seperti Rehovot, Kfar Sava, Petah Tikva, dan Hadera.
      Kerusuhan itu berakhir pada 7 Mei 1921 dan mengakibatkan 47 orang Yahudi serta 48 orang Arab tewas. Selain itu, 146 orang Yahudi dan 73 Arab terluka. Ribuan warga Yahudi Jaffa akhirnya meninggalkan kota itu dan mencari perlindungan di Tel Aviv yang pada saat itu masih didominasi tenda dan rumah-rumah sementara di tepi pantai.
     Salah satu akibat dari kerusuhan Jaffa ini adalah pembentukan Haganah—pasukan para militer Yahudi. Haganah inilah yang menjadi cikal bakal angkatan bersenjata Israel kelak.
Kerusuhan Palestina 1929
     Insiden ini terjadi pada akhir Agustus 1929, akibat dari perebutan Tembok Barat Jerusalem antara kelompok Arab dan Yahudi yang meningkat menjadi aksi kekerasan.Dalam kerusuhan yang terjadi pada 23-29 Agustus 1929 itu, sebanyak 133 warga Yahudi dan 110 warga Arab tewas serta lebih dari 600 orang dari kedua kubu terluka. Seusai kerusuhan, Pemerintah Mandat Palestina mengajukan para tersangka provokator ke meja hijau.
   Dari hasil sidang itu, 26 warga Arab dan dua warga Yahudi terbukti membunuh dan dijatuhi hukuman mati. Hukuman denda juga dijatuhkan secara kolektif kepada warga Arab di Hebron, Safed, dan sejumlah desa. Denda yang terkumpul kemudian diberikan kepada para korban kerusuhan.

     Kerusuhan ini kemudian diselidiki sebuah komisi investigasi yang dibentuk Pemerintah Inggris. Hasilnya, komisi investigasi menyarankan agar Pemerintah Inggris meninjau ulang kebijakan imigrasi dan penjualan tanah kepada bangsa Yahudi.
     Setelah kerusuhan 1929, situasi politik di Mandat Palestina, meski tidak mendingin, tetapi relatif terkendali. Hingga pecahlah Revolusi Arab (1936-1939) di Palestina yang bertujuan menentang kekuasaan Inggris dan mencegah imigrasi Yahudi yang kembali masif.
       Revolusi itu sendiri berakhir dengan kegagalan dan korban jiwa yang besar. Akibat revolusi tiga tahun itu, 300 orang Yahudi, 5.000 warga Arab, dan 262 polisi Inggris tewas. Selain itu, lebih dari 15.000 orang luka-luka. Meski gagal, revolusi ini memberi dampak signifikan bagi warga Yahudi, Arab, dan penguasa Inggris.
    Konflik terbesar dalam sejarah Mandat Palestina adalah apa yang disebut dengan Revolusi Arab (1936-1939). Revolusi ini dipimpin Imam Besar Jerusalem Mohammad Amin al-Husayni.
     Konflik ini diawali terbunuhnya seorang ulama asal Suriah, Izz al-Din al-Qassam, pada November 1935. Al-Qassam memang dikenal sebagai seorang ulama yang anti-Inggris dan anti-Zionisme. Dia merekrut para petani dan memberi mereka latihan militer.
      Pada November 1935, dua anak buah al-Qassam terlibat bentrok dengan polisi Inggris dan menewaskan seorang polisi. Akibatnya, polisi memburu dan menewaskan Al-Qassam di sebuah gua dekat Ya'bad, Tepi Barat. Kematian ini dengan cepat menyulut kemarahan warga Arab di Palestina.
     Faktor lain pemicu Revolusi Arab adalah penemuan kiriman senjata dalam jumlah besar di pelabuhan Jaffa yang ditujukan untuk Haganah, pasukan paramiliter Yahudi. Fakta ini memunculkan ketakutan bahwa Yahudi akan mengambil alih Palestina semakin meningkat.
    Pada 1935, angka imigrasi Yahudi ke Palestina juga meningkat, hanya beberapa bulan sebelum Revolusi Arab Pecah. Antara 1933-1936 lebih dari 164.000 imigran Yahudi tiba di Palestina. Pada 1936, populasi warga Yahudi mencapai 370.000 orang membuat hubungan antara warga Arab dan Yahudi semakin panas.
    Revolusi Arab benar-benar dimulai pada 15 April 1936, ketika konvoi truk dari Nablus menuju Tulkarm diserang dan menewaskan dua warga Yahudi. Sehari setelah serangan itu, kelompok bersenjata Yahudi balas menyerang dan membunuh dua pekerja Arab di dekat Petah Tikva. Aksi saling balas terus meluas dan sejumlah jenderal Arab menyatakan perang.
   Pemerintah Inggris akhirnya harus turun tangan untuk mengatasi keadaan. Pasukan Inggris di Palestina mendapat bantuan dari Haganah akhirnya bisa mengakhiri Revolusi Arab pada 1939. Akibat revolusi ini, 5.000 warga Arab, lebih dari 300 warga Yahudi, dan 262 tentara Inggris tewas. Selain itu, sedikitnya 15.000 warga Arab terluka.
     Imam Besar Amin al-Husayni yang menjadi pemimpin revolusi berhasil mendapatkan suaka di Lebanon, Irak, Italia, dan akhirnya Nazi Jerman.
Dampak Revolusi Arab
Apa dampak Revolusi Arab yang gagal ini dalam perkembangan Palestina?
   Selama upaya dan seusai memadamkan Revolusi Arab, Inggris menggelar sejumlah investigasi soal penyebab pertumpahan darah selama tiga tahun itu. Salah satu hasil penyelidikan yang cukup signifikan adalah Komisi Peel (1936-1937). Komisi ini adalah yang pertama kali mengajukan solusi dua negara. Komisi ini mengusulkan agar Palestina dibagi dua, satu bagian untuk bangsa Yahudi dan satu bagian lainnya diberikan bagi bangsa Arab.
    Negara Yahudi, sesuai rekomendasi komisi, meliputi kawasan pantai, Lembah Jezreel, Beit She'an, dan Galilea. Sementara Negara Arab akan meliputi Transjordania, Yudea, Samaria, Lembah Jordania, dan Negev.
    Para pemimpin Yahudi di Palestina terbelah pendapatnya menanggapi rekomendasi ini. Sementara para pemimpin Arab dengan tegas menolak usulan solusi dua negara ini.
     Pada Mei 1939—beberapa bulan sebelum Perang Dunia II pecah—Inggris kembali mencoba memberikan solusi di tanah Palestina. Kali ini adalah solusi satu negara Palestina. Di mana dalam jangka pendek Pemerintah Inggris akan menentukan kuota jumlah imigran Yahudi yang bisa memasuki Palestina. Di masa depan, jumlah kuota ini akan ditentukan pemimpin Arab.
     Selain kuota, Inggris juga melarang imigran Yahudi membeli tanah dari warga Arab demi mencegah gesekan sosial antara kedua kubu. Aturan-aturan ini berlaku hingga masa mandat Inggris di Palestina berakhir yang hampir bersamaan dengan pecahnya Perang Dunia II.
    Perang Dunia II yang diikuti holocaust alias pemusnahan massal bangsa Yahudi di Eropa membuat semakin banyak bangsa Yahudi yang mencoba meninggalkan Eropa. Akibatnya, para pemimpin Yahudi di Palestina merancang imigrasi ilegal ke Palestina yang menciptakan ketegangan lebih besar di kawasan tersebut.
      Status Inggris yang pernah menjadi 'harapan' bangsa Yahudi saat menerbitkan Deklarasi Balfour 1917 seketika berubah. Berbagai kelompok bersenjata Yahudi seperti Haganah, Irgun dan Lehi yang awalnya bersaing kini bersatu dengan tujuan sama yaitu mendongkel kekuasaan Inggris di Mandat Palestina.
      Kelompok-kelompok bersenjata ini tak jarang melakukan aksi terorisme seperti pembunuhan dan penculikan para petinggi Inggris hingga meledakkan kereta api milik Inggris. Salah satu insiden yang patut dicatat adalah pembunuhan Menteri Negara Urusan Timur Tengah, Lord Moyne pada 6 November 1944 di Kairo, Mesir, oleh dua anggota gerakan bawah tanah Yahudi, Eliyahu Bet-Zuri dan Eliyahu Hakim.
     Lord Moyne dikenal sebagai salah seorang pejabat Inggris yang sangat anti-Zionis dan sangat memegang teguh aturan pembatasan imigrasi Yahudi ke Palestina seperti diatur dalam dokumen White Paper 1939.
      Namun, pembunuhan Lord Moyne itu tidak mengubah kebijakan Inggris di Palestina. Justru, aksi itu malah berdampak buruk bagi gerakan Zionisme. Sebab, Lord Moyne adalah sahabat dekat Perdana Menteri Inggris saat itu Winston Churchill. Akibatnya, Churchill mempertimbangkan kembali dukungan Inggris terhadap Zionisme. Sementara itu, Inggris berhasil menangkap kedua pembunuh Lord Moyne dan keduanya dihukum gantung pada 1945.
Mandat Inggris Berakhir
     Sementara itu, di Eropa, Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman. Salah satu dampaknya adalah masih terdapat 250.000 orang Yahudi tersebar di berbagai kamp konsentrasi milik Jerman. Dan, para pemimpin Zionis ingin membawa rekan-rekan sebangsanya itu ke Palestina. Masalahnya, Inggris masih membatasi imigrasi Yahudi ke Palestina sesuai mandat White Paper 1939.
      Situasi ini membuat perlawanan kelompok-kelompok bersenjata Yahudi di Palestina semakin keras dan semakin menebar teror. Mereka mengebom kereta api, stasiun kereta api bahkan markas militer Inggris di Hotel King David di Jerusalem pada 22 Juli 1946. Aksi teror yang dilakukan kelompok sayap kanan Zionis, Irgun ini menewaskan 91 orang dan 46 orang lainnya terluka.
    Kondisi yang semakin buruk di Mandat Palestina ini menjadi berita utama berbagai koran di Inggris. Akibatnya, para politisi mendesak pemerintah Inggris untuk segera mengatasi konflik di Palestina untuk menyelamatkan nyawa warga dan pasukan Inggris di Palestina.
    Desakan terhadap Inggris juga datang dari Amerika Serikat dan sejumlah negara yang meminta Inggris segera membuka keran imigrasi Yahudi yang selama ini ditutup. Berbagai investigasi pun digelar untuk memastikan kondisi sebenarnya di Palestina. Akhirnya sebuah Komite Gabungan Inggris-AS bentukan PBB pada 20 April 1946 merekomendasikan imigrasi 100.000 orang Yahudi bisa dilakukan sesegera mungkin ke Palestina.
     Rekomendasi ini ditolak para pemimpin Arab dan Inggris segera menyadari mereka tak mampu lagi mengatasi keadaan di Palestina. Akhirnya Inggris mengembalikan mandat mengelola Palestina yang mereka pegang sejak 1920 kepada PBB terhitung 14 Mei 1948. Inilah yang kemudian berujung pada berdirinya Negara Israel.
      Aksi kekerasan yang terus terjadi di Palestina berujung pembentukan Komite Investigasi Anglo-Amerika pada 1946. Pembentukan komite ini diharapkan bisa menyelesaikan berbagai masalah, khususnya terkait imigrasi Yahudi ke Palestina.
      Komite ini kemudian menyetujui rekomendasi AS terkait pemindahan segera 100.000 pengungsi Yahudi di Eropa ke Palestina. Komisi ini juga merekomendasikan tak ada negara Arab atau Yahudi di Palestina. Namun, implementasi rekomendasi ini ternyata tak semudah yang dibayangkan. Bahkan, Presiden AS Harry S Truman membuat Partai Buruh Inggris berang karena dukungannya terhadap imigrasi 100.000 pengungsi Yahudi, tetapi menolak temuan komite lainnya. Kondisi inilah yang membuat Inggris mengumumkan niatnya menyerahkan Mandat Palestina ke tangan PBB.
      Akibat niat Inggris ini, PBB membentuk Komite Khusus untuk Palestina (UNSCOP) pada 15 Mei 1947. UNSCOP yang terdiri dari 11 negara ini melakukan sidang dan kunjungan ke Palestina untuk melakukan investigasi. Pada 31 Agustus 1947, UNSCOP memaparkan laporannya.
       Dalam salah satu bagian laporannya, UNSCOP merekomendasikan kepada Sidang Umum PBB sebuah skema pembagian wilayah Palestina dalam masa transisi selama dua tahun yang dimulai pada 1 September 1947.
      Pembagian itu terdiri atas negara Arab merdeka (11.000 km persegi), negara Yahudi (15.000 km persegi). Sementara kota Jerusalem dan Betlehem akan berada di bawah kendali PBB. Usulan ini tidak memuaskan kelompok Yahudi maupun Arab. Bangsa Yahudi kecewa karena kehilangan Jerusalem. Namun, kelompok Yahudi moderat menerima tawaran ini dan hanya kelompok-kelompok Yahudi radikal yang menolak. Sementara itu, kelompok Arab khawatir pembagian ini akan mengganggu hak-hak warga mayoritas Arab di Palestina.
     Dalam pertemuan di Kairo, Mesir, pada November dan Desember 1947, Liga Arab mengeluarkan resolusi yang menyetujui solusi militer untuk mengakhiri masalah ini. Dalam kenyataannya, sejumlah negara Arab memiliki agenda tersendiri. Jordania ingin menguasai Tepi Barat, sementara Suriah menginginkan bagian utara Palestina, termasuk wilayah yang diperuntukkan bagi Yahudi dan Arab.
Berdirinya Israel
     Lalu bagaimana dengan Inggris? Meski menerima usulan pembagian ini, Inggris enggan menerapkannya di lapangan karena jelas-jelas tidak diterima kedua pihak. Inggris juga enggan memerintah Palestina bersama PBB di masa transisi. Pada September 1947, Inggris mengumumkan kekuasaan mereka di Mandat Palestina akan berakhir pada 14 Mei 1948 tengah malam.
     Sebagai respons pernyataan Inggris ini, Presiden AS Harry Truman mengajukan proposal baru yang membatalkan rencana pembagian Palestina. Dalam proposal itu, AS mengusulkan PBB langsung memerintah Palestina. Kekacauan tak terelakkan yang mengakibatkan korban jiwa berjatuhan di mana-mana. Hingga akhir Maret 1948, setidaknya 2.000 orang meninggal dunia dan 4.000 orang terluka. Pada 14 Mei 1948, atau sehari sebelum Mandat Inggris di Palestina berakhir, Ketua Yishuv (Komunitas Yahudi di Palestina), David Ben Gurion, di hadapan 250 orang undangan di Museum Tel Aviv, mendeklarasikan berdirinya negara Israel.
       Dalam deklarasi itu, Ben Gurion sama sekali tidak menyebutkan batas-batas negara Israel. Sejumlah catatan menyebut, para pendiri Israel sepakat tidak menyebutkan batas negara itu karena negara-negara Arab di sekitar Israel pasti tidak akan menyetujuinya.
        Beberapa hari setelah deklarasi berdirinya negara Israel, sebanyak 700 orang Lebanon, 1.876 orang Suriah, 4.000 orang Irak, dan 2.800 orang Mesir menyerbu Palestina.
      Sementara itu, sekitar 4.500 pasukan Transjordania  dipimpin 38 perwira Inggris yang mengundurkan diri dari kesatuannya menyerbu Jerusalem. Perang Arab-Israel pertama.  
4 . PERANG TERDAHSYAT ( AL-MALHAMAH – AL KUBRA , AL-MAJIDUN, ARMAGEDDON )
   Gejolak perang yang terjadi di dunia menimbulkan keprihatinan yang mendalam. Sebagian besar negara yang berkonflik ini adalah negara mayoritas muslim karena permasalahan agama berkepanjangan.
    Jika dunia mengklaim sudah terjadi perang dunia pertama dan kedua, maka masih ada perang yang lebih dasyat yang akan dialami umat berdasarkan nubuat akhir zaman. Yang menarik adalah beberapa negara yang berperang saat ini disebut-sebut dalam nubuat (ramalan) tersebut.
   Perang ini akan menandai kemunculan  Dajjal,  sosok eskatologi Islam yang dilaknat Allah dan akan muncul pada akhir zaman. Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW, Akhir dari perang tersebut menjadi awal dari kehidupan manusia yang kekal, yakni kiamat. Apa saja perang tersebut? Berikut ringkasannya.
  Urutan perang ini lengkap dijelaskan dalam Hadist Nabi Muhammad SAW. Nantinya pada akhir zaman manusia akan mengalami dua perang besar yakni perang al-Malhamah kubra dan perang perang Armageddon. Dua perang ini akan terjadi beruntung yang puncaknya adalah kemunculan Dajjal.
1. Al-Malhamah Kubra
   Perang al-Malhamah kubra merupakan perang besar pertama yang terjadi setelah peperangan beruntun yang terjadi sebelumnya. Pada perang ini pasukan kaum muslim akan melawan kaum Rum. Namun sebelum menakhlukan Ruum kaum muslim akan memerangi jazirah Arab dan Persia. Kejayaan persia pada masa lalu memang tinggal sejarah namun kini berubah nama menjadi Iran.
“Kalian akan perangi jazirah Arab sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian (kalian perangi) Persia sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Ruum sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Dajjal sehingga Allah menangkan kalian atasnya.” (HR Muslim).
    Dalam hadist lain Rasulullah SAW juga bercerita tentang bagaimana kehancuran ini terjadi. Bahwa perang Al-malmah kubra akan terjadi sebelum pembukaan kota Konstantinopel atau Turki saat ini, setelah Konstantinopel maka akan keluar Dajjal yang menjadi awal perang kedua yang lebih dasyat.
“Makmurnya Baitul Maqdis adalah tanda kehancuran kota Madinah, hancurnya kota Madinah adalah tanda terjadinya peperangan besar (Al-malmah kubra), terjadinya peperangan besar adalah tanda dari pembukaan kota Konstantinopel, & pembukaan kota Konstantinopel adalah tanda keluarnya Dajjal. Kemudian beliau menepuk-nepuk paha orang yg beliau ceritakan tentang hadits tersebut, atau dalam riwayat lain, 'pundaknya'. Kemudian bersabda: Semua ini adalah sesuatu yg benar, sebagaimana engkau -Mu'adz bin Jabal- sekarang berada di sini adalah sesuatu yg benar”. (HR. Abu Daud)
    Lantas siapakah kaum Ruum yang dimaksud? Adapun Ruum yang dimaksud dalam hadist adalah Romawi timur yang pusat pemerintahannya dahulu berada di konstantinopel. Dahulu setelah Romawi Timur runtuh pusat pemerintahan berpindah ke Tsar Rusia. Tsar adalah asal kata dari kaisar yang mengadopsi sistem kekaisaran romawi Timur. Di dalam wikipedia dijelaskan Setelah kota konstantinopel direbut oleh kaum muslimin maka kekaisaran Byzantine beralih ke Rusia. Peran kaisar sebagai pelindung Ortodoks timur diklaim oleh Ivan III, Adi Pati Agung Mokswa. Ia telah menikah Saudara Andreas , Shopia Paleologue. Cucunya Ivan IV akan menjadi Tsar Rusia yang pertama. Tsar adalah istilah dulu yang digunakan bangsa Slavia untuk kekaisaran Byzantine.
    Penerus-penerus mereka mendukung  gagasan bahwa moskwa adalah penerus kekaisaran Byzantine yang berpusat di Konstantinopel.  Gagasan Kekaisaran Rusia adalah sebagai kekaisaran Rum itu  tetap hidup hiingga meletusnya revolusi Rusia tahun 1917 M. Setelah berdirinya Uni soviet kekaisaran Rum runtuh dan digantikan dengan sistem komunis, akan tetapi setelah uni Soviet runtuh kekaisaran Rum dilanjutkan kembali oleh negara Rusia modern sekarang ini.
    Maka jelas bahwa Rum yang dijelaskan dalam hadist ini adalah Rusia saat ini. Saat ini sikap Rusia adalah sebagai penentang zionis Dajjal namun mereka masih bersekutu dengan Iran.  Namun pada masa Al Mahdi nanti, Rusia akan meninggalkan sekutunya dan berdamai dengan kaum muslim, sedangkan Iran akan bersekutu dengan zionis Dajjal.
“Kamu akan berdamai dengan Rum dalam keadaan aman, kemudian kamu dan mereka akan memerangi suatu musuh. Dan kamu akan mendapatkan kemenangan serta harta rampasan perang dengan selamat. Kemudian kamu berangkat sehingga sampai ke sebuah padang rumput yang luas dan berbukit-bukit. Maka seorang laki-laki dari kaum salib mengangkat tanda salib seraya berkata, ‘Salib telah menang’. Maka marahlah seorang laki-laki dari kaum Muslimin kepadanya, lalu ia mendorongnya dan jatuh (meninggal). Pada waktu itu orang-orang Rum berkhianat, dan mereka berkumpul untuk memerangi kamu di bawah 80 bendera, dimana tiap-tiap bendera terdapat 12 ribu tentara.”(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Sementara itu tentang perdamaian dengan Rum pada masa al-Mahdi dijelaskan  oleh Imam as Sayuti, Abu Nua’im meriwayatkan dari Abi Umamah katanya, Rasulullah SAW bersabda,
“Di antara kamu dan orang-orang Rum akan berlaku 4 kali perdamaian.  Pada kali keempatnya berlaku di tangan salah seorang daripada keluarga  Hiraqlu. Perjanjian itu berterusan selama 7 tahun”. Ada seorang sahabat bertanya Rasulullah SAW,  “Wahai Rasulullah! Siapakah Imam orang ramai (orang Islam) pada hari itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Al Mahdi daripada anak cucuku. Dia berumur 40 tahun, mukanya bagai  bintang yang bersinar-sinar, di pipi sebelah kanannya terdapat tahi  lalat hitam, dia memakai dua jubah Qatwaniyyah bagaikan pemuda Bani  Israel. Dia mengeluarkan gedung-gedung dan menaklukan negeri-negeri  syirik”.
   Berdasarkan Hadist Riwayat Abu Daud, nantinya perang al-malhamah kubra akan berpusat di Syam yang kini berubah nama menjadi Suriah. Seperti diketahui di Suriah kini sedang terjadi perang besar yang menyebabkan banyak kaum muslim mengungsi ke berbagai negara dan menderita berkepanjangan.
“Sungguh Rum benar-benar akan memasuki Syam (Suriah) selama empat puluh hari tidak ada yang selamat selain Damaskus dan Amman” (HR Abu Daud)
Setelah Rum di taklukkan kemudian kaum muslimin menaklukkan Turki tanpa peperangan. Setelah Turki ditaklukkan maka keluarlah Dajjal.
2. Perang Armageddon
    Setelah berhasil memenangkan perang  al-Malhamah kubra maka ini menjadi awal peperangan puncak yakni melawan laknatullah Dajjal. Perang besar ini disebut dengan perang Armageddon yang berpusat di bukit Mageddon, Palestina. Perang ini dalam hadist Rasulullah disebut juga dengan perang Gog Magog (Ya’juj dan Majuj).
    Sebenarnya istilah Armageddon berasal dari bahasa Yunani dan oleh kalangan orang Barat sebagai dalam pembahasan tentang hari akhir dunia.  Sementara dalam beberapa manuskrip yang tersimpan di Timur Tengah, Islam menyebutnya dengan   istilah al-Majidun ‘kemuliaan’ yaitu “Perang Kemuliaan”.
    Perang maha dasayat ini berjalan dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga menyeret seluruh negara di dunia. Nantinya dunia akan terbagi menjadi dua poros yakni kaum muslim yang dipimpin oleh Al Mahdi dan kaum kafir yang dipimpin Dajjal.
    Lalu di tengah huru hara yang tercipta Allah SWT menurunkan pertolongan yakni di kedatangan Isa Almasih Putra Maryam.  Isa akan turun di menara putih di timur Damaskus ketika menjelang fajar. Kemudian Isa masuk ke markas kaum muslimin dan ikut dalam barisan shalat subuh. Setelah itu ia bersama Al-Mahdi akan memimpin kaum muslimin menyerbu seluruh markas kaum kafir, bahkan berhasil membunuh Dajjal dan seluruh orang kafir. Hal ini dijelaskan dalam  Zakharia (89/13).
     “Bahawa sebahagian besar bangsa Yahudi akan mati dalam perang Armageddon dan dua pertiga dari mereka akan musnah. Sedangkan dalam kitab Zagiyal (12/39) disebutkan : ”Akan berlangsung tujuh bulan sehingga rumah Israel berhasil mengubur mereka (orang-orang mereka yang terbunuh) sebelum membersihkan bumi”.




PENUTUPAN
Berdasarkan pemaparan singkat di atas, tampak jelas bahwa kunci penyelesaian konflik Israel-Palestina sesungguhnya terletak pada kedua belah pihak yang bertikai. Penyelesaian konflik Israel Palestina akan sulit tercapai manakala pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mentaati kesepakatan yang telah diambil. Pada aspek politik, langkah bijak yang tentunya dapat dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai persoalan dari kedua belah pihak untuk mendapatkan kerja sama dengan kepentingan yang sama dari masing-masing kebijakan politik keduanya. Sementara pada aspek teologis, dialog merupakan langkah yang tepat dalam menyelesaikan persoalan keduanya. Selain itu, aspek teologis agaknya tidak terlalu dominan mewarnai konflik, mengingat dalam sejarahnya hubungan teologis tiga agama besar pernah terjalin harmonis tanpa sentuhan “tangan-tangan politik”.







































Tidak ada komentar:

Posting Komentar