Laman

Jumat, 26 Januari 2018

SOAL PERTANGGUNGJAWABAN

SOAL LATIHAN – Akuntansi Pertanggungjawaban. 1. Jelaskan sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi. 2. Jelaskan sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas. Bagaimana hal ini berbeda dari akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi? 3. Apa yang dimaksud dengan aktivitas bernilai tambah? Apa sajakah yang dimaksud dengan biaya bernilai tambah? 4. Apa yang dimaksud dengan aktivitas tak bernilai tambah? Bagaimana dengan biaya tidak bernilai tambah? Berikan masing-masing contoh 5. Apakah tujuan dari balanced scorecard? Jawab: 1. Sistem akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsi menugaskan tanggung jawab pada unit organisasional dan menyatakan ukuran kinerja berdasarkan faktor keuangan. 2. Akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktifitas di lain pihak adalah sistem akuntansi pertanggung jawaban yang dikembangkan bagi para perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang terus menerus menurut perbaikan. Akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktifitas menempatkan tanggung jawab pada proses dan menggunakan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Dalam menugaskan tanggung jawab. Menyatakan bahwa, akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsi terfokus pada fungsi unit organisasional dan individu. Pertama, suatu pusat tanggung jawab diidentifikasikan. Pusat ini secara khas adalah suatu unit organisasional seperti suatu devisi, pabrik, departemen, atau limit produksi. 3. Aktivitas- aktivitas yang perlu untuk dipertahankan dalam bisnis disebut aktivitas bernilai tambah. Suatu aktivitas yang dapat diubah diklasifikasikan sebagai nilai tambah jika secara simultan memenuhi tiga kondisi, a) . aktivitas menghasilkan perubahan, b). perubahan tersebut tidak dapat dicapai olah aktivitas yang sebelumnya, c). aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain untuk dilakukan. 4. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang tidak dapat memenuhi salah satu dari ketiga kondisi yang definisikan sebelumnya (no.3). Tidak terpenuhinya dua kondisi yang pertama adalah hal yang umum untuk aktivitas ini. Seperti mengawasi pemotongan batang dengan panjang dan benar. Adapun nantinya sebagai cara untuk menangani aktivitas ini yaitu dengan pengurangan biaya, penghapusan aktivitas, pemilihan aktivitas , pengurangan aktivitas dan pembagian aktivitas untuk meningkatkan efisiensi yang diperlukan dengan menggunakan skala ekonomi. 5. Tujuan utama dari penggunaan Balance scorecard adalah untuk membentuk organisasi yang berfokus pada strategi (strategy focused organization). Jika disarikan lebih lanjut, maka kekuatan utama dari BSC dalam konteks harmonisasi adalah: • Fokus pada apa yang penting bagi pelanggan (internal dan eksternal) • Memperhatikan peluang terjadinya variasi dari setiap proses • Memperhatikan ukuran utama dari sebuah kinerja

SOAL TRANSFER PRICING

Soal Transfer Pricing NAMA : INA RESTIANA NIM: 01115073 1. Perusahaan Bintang mempunyai 2 divisi, yaitu Divisi Batu dan Divisi Bata. Divisi Batu merupakan divisi pemasok komponen utama Divisi Bata dengan harga transfer Rp 10/unit. Divisi Batu juga menjual ke pasar dengan harga Rp 12,50 /unit. Biasanya penjualan ke pasar berjumlah 25% dari penjualan sebanyak 2.000 unit komponen per tahun. Berikut ini adalah data Laporan Laba/Rugi Divisi Batu untuk tahun 2007. Penjualan Rp 21.250 Biaya Variabel @ Rp 8 /unit Rp 16.000 Contribution Margin Rp 5.250 Biaya Tetap Rp 2.000 Laba Bersih Rp 3.250 Divisi Bata mendapat penawaran dari pihak luar untuk membeli komponen dengan harga Rp 9 /unit. Divisi Batu menyatakan bahwa tidak mungkin untuk menjual dengan harga seperti penawaran pihak luar karena tidak akan memperoleh laba sama sekali. Diminta: : a) Jika anda seorang manajer, berilah komentar anda terhadap pernyataan Divisi Batu tersebut. Asumsikan bahwa kapasitas Divisi Batu sudah dipakai secara maksimum! 2. Jelaskan latar belakang timbulnya kebutuhan penentuan harga transfer 3. Jelaskan konsep harga transfer 4. Jelaskan karakteristik harga transfer 5. Dalam proses penentuan harga transfer, ada dua masalah yang selalu dirundingkan oleh manajer divisi yang terlibat : 1. Dasar yang digunakan sebagai landasan penentu harga transfer 2. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer. Diminta : A. Sebutkan dasar yang dapat digunakan sebagai landasan penentuan harga transfer B. Factor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam penentuan besarnya laba yang dimasukkan sebagai unsur harga transfer. Jawab: 1. Jika divisi batu menjual ke divisi bata dengan harga Rp 9/ unit Maka, penjualan produk ke pasar intern Pendapatan penjualan (25% dari 2.000 unit = 500 unit x Rp 12,5) Rp 6.250 Biaya variable ( 25% dari 2.000 unit = 500 unit x Rp 8,00 ) (Rp 4.000) Contribution Margin Rp 2.250 Biaya Tetap ( 500 unit x Rp 1 /unit ) (Rp 500) Laba Bersih Rp 1.750 Penjualan produk ke Divisi Bata Pendapatan penjualan ( 2.000 unit – 500 unit = 1.500 unit x Rp 9,00 ) Rp 13.500 Biaya Variabel ( 2.000 unit – 500 unit = 1.500 unit x Rp 8,00 ) (Rp 12.000) Contribution Margin Rp 1.500 Biaya Tetap ( 1.500 unit x Rp 1 /unit ) (Rp 1.500) Laba Bersih Rp 0 Total Laba bersih Rp 1.750 Jadi, dengan demikian Divisi Batu masih bisa menjual produk ke Divisi Bata dengan harga Rp 9 /unit, karena Divisi Batu masih mendapatkan laba sebesar Rp 1.750. 2. Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk terjadi transfer barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis. 3. Dalam arti luas harga transfer meliputi harga produk atau jasa yang ditransfer antara pusat pertanggungjawaban. Dengan demikian pengertian harga transfer meliputi semua bentuk alokasi biaya dari departemen produksi dan harga ”jual” produk yang ditransfer antar pusat laba. Dalam arti sempit harga transfer merupakan harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam perusahaan yang sama. 4. o Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh dan harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh o Harga transfer selalu mengandung unsur laba di dalamnya o Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi sekaligus mengintegrasikan divisi yang terbentuk 5. Ada dua hal yang selalu rundingkan oleh divisi penjual dan divisi pembeli didalam menentukan harga transfer, diantaranya sebagai berikut: a. Dasar yang digunakan sebagai landasan penentuan harga transfer, yaitu biaya dan harga pasar. b. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer. Dua faktor yang harus dirundingkan dalam menentukan besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer adalah: 1. Dasar yang digunakan untuk menentukan laba yang diperhitungkan dalam harga transfer, dan 2. Besarnya laba yang digunakan dalam penentuan harga transfer.

HARGA TRANSFER

Harga Transfer Latar Belakang Timbulnya Harga Transfer Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk terjadi transfer barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis. Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” adalah sebagai berikut: “Diferensiasi adalah proses pembagian pekerjaan menjadi tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.” (2001 ; 376) Diferensiasi dapat dilaksanakan sebagai pelaksanaan strategi diversifikasi. Diversifikasi merupakan proses pembentukan unit-unit organisasi untuk menghadapi berbagai lingkungan industri. Semakin berkembang usaha perusahaan, semakin kompleks lingkungan bisnis yang dihadapi oleh manajemen. Perkembangan usaha perusahaan seringkali didorong oleh perluasan pasar, baik perluasan dari sudut customer yang harus dilayani maupun perluasan daerah pemasaran yang harus dijangkau oleh perusahaan. Dengan perluasan pasar, perusahaan perlu mengembangkan berbagai sumber daya. Strategi diversifikasi umumnya ditempuh manajemen puncak untuk menghadapi perkembangan tersebut. Mengapa diversifikasi dilakukan oleh manajemen? Tentunya ada alasannya, seperti yang di kemukakan menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” adalah sebagai berikut: “Alasan dilakukannya strategi diversifikasi adalah pertama keputusan dilakukan oleh manajer yang dekat dengan masalah yang dihadapi kedua diversifikasi dapat memotivasi manajer tingkat bawah untuk meningkatkan kinerjanya”. (2001 ; 376 – 377) Diversifikasi biasanya ditempuh melalui proses divisionalisasi, yang merupakan pembentukan divisi-divisi yang diberi peran sebagai pusat laba. Semakin luas tingkat diversifikasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan manajemen puncak akan alat untuk mengintegrasikan berbagai divisi yang telah dibentuk. Pada dasarnya divisi-divisi yang telah dibentuk dalam proses divisionalisasi bukan merupakan bagian dari perusahaan yang diberi wewenang besar untuk memperoleh laba dibawah pengelolaan manajemen puncak, maka agar divisi dibentuk tidak bercerai berai, manajemen puncak memerlukan mekanisme integrasi berbagai divisi yang telah dibentuk. Salahsatunya adalah dengan mekanisme harga transfer. Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” harga transfer memiliki peran ganda, diantaranya adalah sebagai berikut: “Harga transfer mempunyai peran ganda : 1. Harga transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi untuk mendapatkan laba. Dalam penentuan harga transfer, masing-masing divisi yang terlibat merundingkan berbagai unsur yang membentuk harga transfer, karena akan berdampak terhadap laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja mereka 2. Harga transfer berperan sebagai salahsatu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi. Harga transfer mendekatkan dua atau lebih divisi yang semula melakukan bisnis secara independent”. (2001 ; 377) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga transfer memberikan solusi yang baik bagi para manajer divisi untuk memanfaatkan kesempatan dan potensi internal yang mereka miliki sebagai otonomi divisi untuk meningkatkan laba masing-masing divisi, karena besar kecilnya laba tiap divisi atau unit usaha akan dapat memperlihatkan kinerja masing-masing divisi atau unit produksi tersebut. Selain itu juga harga transfer merupakan salahsatu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi, dimana harga transfer memberikan cara untuk menyatukan beberapa divisi atau unit usaha untuk bekerjasama didalam satu perusahaan. Pengertian, Karakteristik dan Tujuan Harga Transfer Pada banyak organisasi yang melakukan strategi diversifikasi, melalui proses divisionalisasi output dari salah satu divisi mungkin digunakan sebagai input pada divisi lainnya atau dengan kata lain terjadi transfer barang antar divisi atau pusat laba, karena tidak seluruh unit usaha dilengkapi fasilitas yang sama dan mengingat adanya keterbatasan dalam kemampuan serta efisiensi. Terdapat beberapa pengertian harga transfer diantaranya sebagai berikut menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” adalah sebagai berikut: ”Dalam arti luas harga transfer meliputi harga produk atau jasa yang ditransfer antara pusat pertanggungjawaban. Dengan demikian pengertian harga transfer meliputi semua bentuk alokasi biaya dari departemen produksi dan harga ”jual” produk yang ditransfer antar pusat laba. Dalam arti sempit harga transfer merupakan harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam perusahaan yang sama”. (2001 ; 381) Sedangkan menurut Bambang Hariadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang” mendefinisikan sebagai berikut: “Harga transfer merupakan pertukaran barang dan jasa antar divisi dalam suatu organisasi yang sama dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut”.(2002 ; 308) Kemudian menurut Abdul Halim dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” mengungkapkan pengertian harga transfer sebagai berikut: “Harga transfer adalah nilai produk atau jasa dipertukarkan (diperjualbelikan) antar pusat pertanggungjawaban didalam perusahaan”. (2005 ; 176) Dari beberapa definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa penetapan harga transfer merupakan mekanisme yang mengatur pembagian pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan oleh dua pusat laba atau lebih secara bersama-sama didalam suatu perusahaan. Apabila pusat laba dari sebuah perusahaan saling membeli dan menjual, ada dua keputusan yang harus dibuat secara periodik untuk tiap produk yang sedang diproduksi oleh satu unit usaha dan dijual ke unit usaha lain: 1. Keputusan pemilihan sumber (Sourcing decision), yaitu penentuan dimana produk harus diproduksi, apakah diproduksi didalam perusahaan atau dibeli dari pemasok luar. 2. Keputusan penentuan harga transfer (transfer pricing decision). Jika produk diproduksi didalam perusahaan, keputusan berikutnya yang harus dibuat adalah pada harga transfer berapa produk tersebut ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli. Dalam penentuan harga transfer, ada dua divisi yang terlibat, yaitu divisi penjual yang mentransfer barang atau jasa, dan divisi pembeli yang menerima transfer barang atau jasa dari divisi penjual. Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa harga transfer pada hakekatnya memiliki tiga karakteristik berikut ini: “1.Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh dan harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh 2.Harga transfer selalu mengandung unsur laba di dalamnya 3.Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi sekaligus mengintegrasikan divisi yang terbentuk .”(2002 ; 382) Dari uraian diatas terlihat jelas karakteristik-karakteristik yang ada pada harga transfer. Oleh karena itu ada dua hal yang selalu rundingkan oleh divisi penjual dan divisi pembeli didalam menentukan harga transfer, diantaranya sebagai berikut: a. Dasar yang digunakan sebagai landasan penentuan harga transfer, yaitu biaya dan harga pasar. b. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer. Dua faktor yang harus dirundingkan dalam menentukan besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer adalah: (1) Dasar yang digunakan untuk menentukan laba yang diperhitungkan dalam harga transfer, dan (2) Besarnya laba yang digunakan dalam penentuan harga transfer. Menurut Supriyono dalam bukunya yang berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen” harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan berikut ini: “(1) Memberikan informasi yang relevan bagi para manajer (2) Mencapai keselarasan tujuan (3) Mengukur kinerja ekonomi divisi (4) Mengukur kinerja divisi (5) Sederhana dan mudah”. (2005 ; 283) Tujuan harga transfer sebisa mungkin harus dicapai, karena dengan tercapainya tujuan harga transfer tersebut akan mengurangi masalah-masalah yang timbul. Oleh karena itu, harga transfer harus memotivasi para manajer divisi untuk bertindak sebagaimana berrfungsi sebagai manajer perusahaan yang terpisah. Namun di lain pihak, manajer divisi harus bertindak untuk kebaikan perusahaan secara keseluruhan. Pencapaian tujuan yang satu biasanya mengakibatkan distorsi pencapaian tujuan lainnya. Metode Penetapan Harga Transfer Banyak metode penentuan harga transfer yang digunakan, namun tidak ada harga transfer yang sempurna. Setiap metode mempunyai keunggulan sekaligus memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan metode harga ttransfer lainnya. Menurut Supriyono dalam bukunya “Sistem Pengendalian Manajemen” terdapat beberapa pendekatan umum dalam penetapan harga transfer, yaitu: “(1) Metode harga transfer berdasarkan harga pasar (market based transfer price) (2) Metode harga transfer berdasarkan biaya (cost based transfer price)”. (2000 ; 416) Kedua metode tersebut mempunyai perbedaan yang masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan, untuk lebih jelasnya akan diterangkan sebagai berikut: 1. Metode harga transfer berdasarkan harga pasar (market based transfer price), yaitu harga transfer yang harus dibayar oleh unit usaha apabila unit usaha tersebut membeli barangnya dari pemasok luar, dimana harganya itu ditentukan oleh pasar. Apabila terdapat pasar eksternal bagi barang atau jasa yang ditransfer, maka harga pasar merupakan dasar yang sesuai bagi penetapan harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban. 2. Metode harga transfer berdasarkan biaya cost based transfer price, yang mensyaratkan bahwa seluruh transfer berdasarkan biaya yang akan dipertimbangkan adalah: (1) biaya penuh (2) biaya penuh ditambah mark up, dan (3) biaya variable ditambah biaya tetap. Masing-masing metode memberikan kontribusi laba yang berbeda-beda baik untuk divisi penjual maupun untuk divisi pembeli, yang terpenting adalah bagaimana metode tersebut dapat memuaskan masing-masing unit usaha serta meningkatkan kinerja mereka.